Wednesday, September 7, 2016

STUDI KASUS PEMASANGAN KONTRASEPSI IUD



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggungjawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Dan dalam paradigma baru program ini misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Karena keluarga adalah salah satu diantara kelima matra kepentingan kependudukan yang sangat mempengaruhi perwujudan pendudukberkualitas (Saifuddin, dkk. 2010).
            Berdasarkan visi dan misinya program Keluarga Berencana nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya peningkatan kualitas penduduk. Salah satu kunci dalam rencana strategi nasional Indonesia 2010 adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut keluarga berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama. Untuk mengoptimalkan keluarga berencana bagi kesehatan, pelayanannya harus

digabungkan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang telah tersedia (Saifuddin, dkk. 2010).
Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Kusumaningrum, 2009).
            Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata. Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih kurangnya dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Bila dilihat dari cara pemakaian alat kontasepsi dapat dikatakan bahwa 51,23 % akseptor KB memilih Suntikan sebagai alat kontrasepsi, 40,02 % memilih Pil, 4,93 % memilih Implant 2,72 % memilih IUD dan lainnya 1,11 %. Pada umumnya masyarakat memilih metode non MKJP. Sehingga metode KB MKJP seperti Intra Uterine Devices (IUD) (BKKBN. 2005).Intra uterine device (IUD) Metode ini lebih ditekankan karena MKJP dianggap lebih efektif dan lebih mantap dibandingkan dengan alat kontrasepsi pil, kondom maupun suntikan (BKKBN. 2005).
B.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Dapat melaksanakan  Asuhan Kebidanan pada Ny.S umur 44 tahun P1A0AH1 dengan akseptor baru KB IUD di BPS Sri Romdhatisecara komprehensif.
2.      Tujuan khusus
a.       Mampu melakukan pengumpulan data subyektif dan obyektif
b.      Mampu membuat diagnosa atau analisa masalah
c.       Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD
d.      Mampu mengevaluasi hasil
e.       Mampu mengetahui adanya kesenjangan antara teori dan praktik di lahan
C.    Ruang Lingkup
1.      Lingkup Materi
Lingkup materi dalam laporan kasus ini adalah Asuhan   Kebidanann pada Ny.S umur 44 tahun P1A0AH1 dengan akseptor baru KB IUD di BPS Sri Romdhati Gunung Kidul.
2.      Lingkup Responden
Dalam penelitian ini responden yang diambil adalah Ny.S umur 44 tahun P1A0Ah1.
3.      Lingkup Waktu
Studi kasus ini dilakukan tanggal 20 Februari 2015 jam 09.30 wib.
4.      Lingkup Tempat
Studi kasus ini dilakukan di BPS Sri Romdhati Gunung Kidul.

D.    Manfaat
1.      Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam mengkaji asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD
2.      Bagi Lahan Praktik
Dapat menjadi masukan bagi lahan praktik untuk meningkatkan pelayanan kesehatannya menjadi pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.
3.      Bagi Pasien
Ibuakseptor KB IUD dapat terhindar dari komplikasi pada saat pemasangan KB IUD dapat berlangsung dengan aman.
4.      Bagi Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta
Laporan  ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Institusi Pendidikan  yaitu Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta yang mana dapat menambah kepustakaan, sebagai salah satu sarana memperkaya ilmu pengetahuan khususnya mengenai asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Kontrasepsi
1.      Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma. Pelayanan kontrasepsi (PK) merupakan salah satu komponen dalam pelayanan kependudukan/KB. Selain Pelayanan kontrasepsi (PK) juga terdapat komponen pelayanan kependudukan/KB lainnya seperti komunikasi dan edukasi (KIE), konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks (sex education), konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi genetik, tes keganasan dan adopsi (Kusumaningrum, 2009).
Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut:
a.       Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan.
b.      Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan.
c.       Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat
d.      Terjangkau harganya oleh masyarakat.
e.       Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap (Kusumaningrum, 2009).
2.      Macam-macam metode kontrasepsi
a.       Metode Sederhana
Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dengan senggama terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan kondom (Kusumaningrum, 2009).
b.      Metode Modern/Efektif
1)      Kontrasepsi Hormonal
a)      Peroral: Pil
b)      Injeksi / suntikan
c)      Subcutis: Implant (alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK)
2)      Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)
3)      Kontrasepsi Mantap
a)      Pada wanita: Penyinaran, Operatif (Medis Operatif Wanita/MOW), penyumbatan tuba fallopi secara mekanis.
b)      Pada pria: Operatif (Medis Operatif Pria/MOP), Penyumbatan vas deferens secara mekanis, penyumbatan vas deferens secara kimiawi (Kusumaningrum, 2009).
c.       Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :
1)      MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW
2)      Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP (Kusumaningrum, 2009).

B.     IUD
1.      Pengertian IUD
Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma (Kusmarjadi, 2010).
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/ IUD) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati, 2009).
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009).

2.      Jenis- jenis AKDR
a.       Lippes Loop
            IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB masional adalah IUD jenis ini.
b.      Copper-T
            IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru. IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.
c.       Copper-7
            IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
d.      Multi load
            IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

3.      Efektifitas IUD
IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.

4.      Cara Kerja
Cara kerja dari IUD antara lain yaitu:
a.       Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b.      Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
c.       Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
d.      Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

5.      Indikasi dan Kontra Indikasi IUD
a.       Indikasi
Yang boleh menggunakan IUD
1)      Usia reproduktif
2)      Keadaan nulipara
3)      Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4)      Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5)      Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6)      Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7)      Risiko rendah dari IMS
8)      Tidak menghendaki metoda hormonal
9)      Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
10)  Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
11)  Perokok
12)  Gemuk ataupun kurus
b.      Kontraindikasi IUD
Yang tidak boleh menggunakan KB IUD
1)      Belum pernah melahirkan
2)      Adanya perkiraan hamil
3)      Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di Leher rahim, dan kanker rahim.
4)      Perdarahan vagina yang tidak diketahui
5)      Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
6)      Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
7)      Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri
8)      Penyakit trofoblas yang ganas
9)      Diketahui menderita TBC pelvik
10)   Kanker alat genital
11)  Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

6.      Keuntunga dan kelemahan IUD
a.       Keuntungan dari penggunaan IUD
1)      Sangat efektif. 0,6-0,8 kehamilan /100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
2)      IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
3)      Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
4)      Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
5)      Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
6)      Meningkatkan kenyamanan seksual karena karena rasa aman terhadap risiko kehamilan.
7)      Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.
8)      Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI
9)      Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
10)  Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
11)  Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
b.      Kelemahan IUD
1)      Efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit.
2)      Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).
3)      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4)      Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan.
5)      Penyakit radang panggul terjadi sesudah peerempuan dengan IMS memakai IUD, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas.
6)      Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam pemasangan IUD.
7)      Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari
8)      Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan) yang terlatih.
9)      Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan).
10)  Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

7.      Efek Samping Dan Komplikasi
a.       Efek samping umum terjadi:
Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit.
b.      Komplikasi lain
1)      Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).
2)      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
3)      Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan.
4)      Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas.
5)      Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD.
6)      Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari.
7)      Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas.
8)      Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan).
9)      Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan normal.
10)  Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

8.      Waktu Penggunaaan IUD
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat:
a.         Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
b.        Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c.         Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
d.        Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
e.         Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.

9.      Waktu Kontrol IUD
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah:
a.       1 bulan pasca pemasangan
b.      3 bulan kemudian
c.       Setiap 6 bulan berikutnya
d.      Bila terlambat haid 1 minggu
e.       Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya































 














BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
ASUHAN KEBIDANAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIMPADA NY. S USIA 44 TAHUN DENGANAKSEPTOR BARU KB IUD
DI BPS SRI ROMDHATI GUNUNG KIDUL

Tanggal                       : 20 Februari 2015
Jam                              : 09.30 WIB
Pengkajian data oleh   :

IDENTITAS
Ibu                                           Suami
Nama                                       :           Ny. S                                       Tn. A
Umur                                       :           44 tahun                                  48 tahun
Agama                                     :           Islam                                       Islam
Suku/Bangsa                           :           Jawa/Indonesia                       Jawa/Indonesia
Pendidikan                              :           SMA                                       SMA
Pekerjaan                                 :           IRT                                          Wiraswasta
Alamat                                                :           Semin Wetan                                      

A.    DATA SUBYEKTIF
1.      Alasan kunjungan saat ini
Ibu mengatakan ingin menggunakan IUD.
2.      Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak memiliki keluhan pada saat periksa ini.
3.      Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan menarche umur 12 tahun, siklus 30 hari, lama 5-7 hari, banyaknya sehari ganti 2-3 kali pembalut, keluhan tidak ada. HPHT 15 Februari 2015.
4.      Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan menikah umur 22 tahun. Pernikahan pertama, lama pernikahan ± 1 tahun.
5.      Riwayat Obstetri   :P1A0Ah1
Usia anak terakhir : 2 bulan
6.      Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu    :
Hamil
Ke-
Persalinan
Nifas
Lahir
Jenis persalinan
Penolong
komplikasi
JK
BB
Lahir
Laktasi
Komplikasi
1
2013
Spontan
Bidan
Tidak Ada
P
2900
Ya
Tidak Ada











7.      Riwayat kontrasepsi         
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya
8.      Riwayat kesehatan           
a.       Penyakit yang pernah diderita ibu : Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit menurun, menahun dan menular seperti DM, ASMA, HT, Jantung, dll.
b.      Penyakit yang pernah diderita oleh keluarga : Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit menurun, menahun dan menular seperti DM, ASMA, HT, Jantung, dll.
c.       Riwayat gynekologi : Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit pada daerah genetalia dan payudara.
9.      Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari                
a.       Pola nutrisi
Makan             : 3 kali sehari, porsi setengah porsi, jenis nasi, sayur, lauk dan camilan, keluhan tidak ada.
Minum             : 6-8 kali sehari, jenis air putih dan susu, keluhan tidak ada.
b.      Pola eliminasi
BAB    : 1 kali sehari, warna khas feses, konsistensi lunak , bau khas feses, keluhan tidak ada.
BAK   : 2-3 kali sehari, warna khas feses, konsistensi cair, bau khas feses, keluhan tidaka ada.
c.       Pola istirahat  
Tidur siang 1jam dan tidur malam 7-8 jam, keluahan tidak ada.
d.      Personal hygiene        
Mandi              : 2 kali sehari
Gosok gigi       : 3 kali sehari (setiap mandi dan sebelum tidur malam)
Keramas          : 3 kali seminggu
Ganti pakaian : 1 kali sehari
Ganti Pembalut 2-3x sehari
e.       Pola aktivitas (kegiatan fisik dan olah raga) : jalan-jalan dipagi hari dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
f.       Pola seksualitas : 1-2 kali dalam seminggu. Keluhan : tidak ada.
g.      Kebiasaan yang mengganggu kesehatan : Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang menggangu kesehatan seperti merokok, minum-minuman beralkohol dan minum jamu.
h.      Riwayat psikososialspiritual dan ekonomi :
1)      Ibu mengatakan, merasa nyaman menggunakan alat kontrasepsi IUD karna ingin menjarakkan anak dengan jarak yang panjang yaitu 5-6 tahun
2)      Ibu mengatakan, suami mendukung dalam menggunakan alat IUD.
3)      Ibu mengatakan tidak ada budaya yang membahayakan kesehatan.
4)      Ibu mengatakan beribadah seperti solat apabila tidak sedang menstruasi atau flek.

B.     DATA OBYEKTIF
1.      Pemeriksaan umum          
a.       Keadaan umum           : baik               Kesadaran       : composmentis
b.      Vital sign
TD                   : 110/80 mmHg
S                      : 36,5 C
R                      : 22x/ menit
N                     : 82x/ menit

c.       Antropometri   :BB      : 58 kg
2.      Pemeriksaan Fisik
a.       Kepala             : Rambut bersih, tidak rontok, warna hitam
b.      Wajah              : Tidak pucat, tidak ada oedem
c.       Mata                : Simetris, konjungtiva putih, sklera merah muda
d.      Telinga            : Simetris, Bersih, tidak ada serumen.
e.       Hidung            : Bersih, tidak ada polip.
f.       Mulut             : Tidak ada stomastitis, tidak ada caries gigi, warna bibir tidak pucat dan bibir tidak kering
g.      Leher        : Tidak ada pembesaran di bawah telinga (kelenjar tyroid), tidak ada pembesaran kelenjar limfa, tidak ada pelebaran vena jugularis
h.      Payudara         : Bentuknya simetris, tidak ada benjolan disekitar payudara.
i.        Abdomen        : Tidak ada nyeri tekan pada daerah supra pubik.
j.        Genetalia         : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan, tidak ada luka parut, pada serviks tidak keluar cairan
k.      Anus                : Tidak dilakukan pemeriksaan.
l.        Ekstremitas atas dan bawah    : Tidak ada varices

C.    ANALISA                                                                  20 Februari 2014/09.30
Ny. S usia 44 tahun P1A0AH1 akseptor baru KB IUD dengan keadaan normal.


D.    PENATALAKSANAAN                                         20 Februari  2015/09.30
1.      Memberitahukan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik, TD 110/80 mmHg, Suhu 36,5C, pernafasan 22x/ menit, Nadi 82x/ menit
Ibu mengerti
2.      Memberitahukan ibu prosedur pemasang IUD
Ibu mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan.
3.      Memberitahu ibu efek samping KB IUD yaitu nyeri haid, perdarahan lebih banyak saat haid, perubahan siklus menstruasi.
Ibu mengerti
4.      Meminta ibu dan suami untuk menandatangani informed consent
Ibu dan suami telah menandatangani informed consent
5.      Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan pemasangan IUD.
a.       Mempersilakan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
b.      Siapkan alat-alat yang diperlukan.
c.       Mempersilakan ibu untuk berbaring di bed gyn dengan posisi Lithotomi.
d.      Petugas memakai APD, lepas perhiasan dan cuci tangan
e.       Pakai sarung tangan kanan dan kiri
f.       Memasukkan pndorong dalam tabung IUD
g.      Melakukan Vulva higyene
h.      Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan posisi uterus
i.        Pasang speculum
j.        Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
k.      Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi
dan bentuk rahim.
l.        Menyesuaikan tahanan biru pada tabung insertr sesuai kedalaman cavum uterus
m.    Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke
dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong (secara with drawl) sehingga AKDR masuk ke dalam inserter dikeluarkan
n.      Gunting AKDR sehingga panjang benang 3- 4 cm
o.      Benang AKDR di dorong ke samping mulut rahim
p.      Menekan mulut rahim dengan kassa betadine 30-60 detik
q.      Melepas spekulum
r.        Pasien dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
s.       Alat-alat dibersihkan
t.        Petugas cuci tangan
6.      Memberitahu ibu bahwa tindakan telah selesai.
Sudah dilakukan
7.      Menganjurkan untuk menjaga kebersihan terutama daerah kewanitaan dengan mengganti celana dalam setiap kali merasa lembab, mengeringkan setiap kali habis BAB/BAK
Ibu mengerti dan bersedia
8.      Memberitahu ibu cara mengecek benang dengan cara ibu cuci tangan yang bersih, posisi jongkok, masukkan 2 jari ibu dan raba adanya benang, lakukan setiap habis menstruasi
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan akan melakukan
9.      Menganjurkan pada ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi
Ibu bersedia
10.  Melakukan pendokumntasian dan mencatat pada lembar KB ibu
Telah dilakukan


Gunung Kidul, 20 Februari 2015
TTD







BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas mengenai proses manajemen asuhan kebidanan pada Ny. S akseptor KB IUD secara terperinci mulai dari langkah pertama yaitu pengkajian data sampai dengan evaluasi sebagai langkah terakhir. Pembahasan ini akan menjelaskan mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat proses serta kesenjangan antara manajemen teori dan praktek langsung di lapangan.
A.    Pengkajian data subjektif dan objektif
            Pengkajian merupakan langkah awal dari proses asuhan kebidanan yang penulis lakukan untuk mengumpulkan data subyektif maupun data obyektif. Pada langkah ini penulis tidak mengalami hambatan dalam mendapatkan data tersebut. Hal ini terlihat pada data subyektif yaitu ibu mengatakan ingin menggunakan KB IUD. Pada data obyektif, tidak ada indikasi untuk tidak dilakukan pemasangan IUD.
B.     Analisa
Data subyektif dan obyektif yang penulis temukan saat melakukan pengkajian mendukung ditegakkannya diagnosa kebidanan pada Ny. S P1A0Ah1 umur 44 tahun dengan akseptor baru kb IUD.

C.     Penatalaksanaan
            Langkah ini adalah merencanakan asuhan kebidanan pada Ny. S akseptor baru IUD secara menyeluruh dengan didukung berdasarkan langkah-langkah sebelumnya.
a.       Jelaskan keadaan  kepada ibu setelah dilakukan pemeriksaan.
b.      Jelaskan prosedur pemasangan IUD.
c.       Jelasankan prosedur pemasangan IUD.
d.      Lakukan pemasangan IUD.
e.       Jelaskan tentang perawatan benang IUD.
f.       Jelaskan untuk kunjungan ulang.
      Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan, penulis juga tidak menemukan hambatan karena adanya kerja sama yang baik antara penulis dan klien.








BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang. Nama populernya adalah spiral. Terdapat beberapa jenis IUD, namun yang paling sering digunakan adalah IUD dengan jenis coper-T.
IUD dapat dipasang saat sedang menstruasi atau sesaat setelah persalinan. Ada beberapa efek samping yang ditimbulkan IUD mulai dari amenorea sampai dengan pengeluaran cairan pervaginam yang dicurigai adanya penyakit radang panggul.

B.       Saran
1.   RumahSakit
a.       Supaya lebih memberikan kesempatan serta peluang bagi peserta didik untuk menggali ilmu lebih banyak khususnya asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD.
b. Dapat menilai serta mengevaluasi dari kekurangan peserta didik dalam laporan dan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD.
c.       Diharapkan agar tenaga kesehatan dapat meningkatkan asuhan dan pemantauan pada ibu yang menggunakan KB IUD, hal ini dikarenakan ibu  yang menggunakan KB IUD rawan mengalami masalah atau komplikasi yang bisa membahayakan dirinya. Dengan tindakan dan pemantauan yang benar diharapkan komplikasi yang terjadi pada ibu dapat dicegah.
2.      Pendidikan
Bagi pendidikan akademik, hendaknya sabar, terbuka dalam memotivasi dan membimbing kami anak didiknya dalam menyusun laporan mengenai asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD.
3.      Pasien
a.       Menggali informasi lebih mengenai alat kontrasepsi khususnya IUD
b.      Lebihmemperhatikan dan mengontrol ketenaga kesehatan secara rutin alat kontrasepsi yang dipasang
4.      Mahasiswa
Mahasiswa hendaknya lebih proaktif dan kreatif, sehingga untuk praktek selanjutnya lebih siap dan paham dengan tindakan yang telah dilakukan dan akan dilakukan khususnya asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD.