BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional
telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan
Keluarga Berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan
kedepan, bertanggungjawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Dan dalam
paradigma baru program ini misinya sangat menekankan pentingnya upaya
menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan
kualitas keluarga. Karena keluarga adalah salah satu diantara kelima matra
kepentingan kependudukan yang sangat mempengaruhi perwujudan pendudukberkualitas
(Saifuddin, dkk. 2010).
Berdasarkan visi dan misinya program Keluarga Berencana nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya peningkatan kualitas penduduk. Salah satu kunci dalam rencana strategi nasional Indonesia 2010 adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut keluarga berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama. Untuk mengoptimalkan keluarga berencana bagi kesehatan, pelayanannya harus
Berdasarkan visi dan misinya program Keluarga Berencana nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya peningkatan kualitas penduduk. Salah satu kunci dalam rencana strategi nasional Indonesia 2010 adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut keluarga berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama. Untuk mengoptimalkan keluarga berencana bagi kesehatan, pelayanannya harus
digabungkan
dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang telah tersedia (Saifuddin, dkk.
2010).
Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada
posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi.
Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu
menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang
disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga
guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Kusumaningrum, 2009).
Gerakan KB Nasional selama ini telah
berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga
kecil yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan
terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata. Sementara ini
kegiatan Keluarga Berencana masih kurangnya dalam pengunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP). Bila dilihat dari cara pemakaian alat kontasepsi dapat
dikatakan bahwa 51,23 % akseptor KB memilih Suntikan sebagai alat kontrasepsi,
40,02 % memilih Pil, 4,93 % memilih Implant 2,72 % memilih IUD dan lainnya 1,11
%. Pada umumnya masyarakat memilih metode non MKJP. Sehingga metode KB MKJP
seperti Intra Uterine Devices (IUD) (BKKBN. 2005).Intra uterine device (IUD)
Metode ini lebih ditekankan karena MKJP dianggap lebih efektif dan lebih mantap
dibandingkan dengan alat kontrasepsi pil, kondom maupun suntikan (BKKBN. 2005).
B. Tujuan
1. Tujuan
umum
Dapat melaksanakan
Asuhan Kebidanan pada Ny.S
umur 44
tahun P1A0AH1
dengan akseptor baru KB IUD di BPS Sri Romdhatisecara komprehensif.
2. Tujuan
khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data
subyektif dan obyektif
b. Mampu membuat diagnosa atau analisa
masalah
c. Mampu melakukan penatalaksanaan
asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD
d. Mampu mengevaluasi hasil
e. Mampu mengetahui adanya kesenjangan
antara teori dan praktik di lahan
C.
Ruang Lingkup
1. Lingkup
Materi
Lingkup materi dalam laporan kasus
ini adalah Asuhan Kebidanann pada Ny.S umur 44 tahun P1A0AH1 dengan
akseptor baru KB IUD di BPS Sri Romdhati Gunung Kidul.
2. Lingkup
Responden
Dalam penelitian ini responden
yang diambil adalah Ny.S
umur 44
tahun P1A0Ah1.
3. Lingkup
Waktu
Studi kasus ini dilakukan
tanggal 20 Februari 2015 jam 09.30
wib.
4. Lingkup
Tempat
Studi kasus ini dilakukan di BPS Sri Romdhati Gunung Kidul.
D.
Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam mengkaji asuhan
kebidanan pada akseptor KB IUD
2. Bagi
Lahan Praktik
Dapat menjadi masukan
bagi lahan praktik untuk meningkatkan pelayanan kesehatannya menjadi pelayanan
kesehatan yang lebih berkualitas.
3. Bagi
Pasien
Ibuakseptor KB IUD dapat terhindar dari komplikasi pada saat
pemasangan KB IUD dapat berlangsung dengan aman.
4. Bagi
Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
Institusi Pendidikan yaitu Stikes
‘Aisyiyah Yogyakarta yang mana dapat menambah kepustakaan, sebagai salah satu
sarana memperkaya ilmu pengetahuan khususnya mengenai asuhan kebidanan pada
akseptor KB IUD.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Kontrasepsi
1. Pengertian
Kontrasepsi
berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sperma. Pelayanan kontrasepsi (PK) merupakan salah satu komponen
dalam pelayanan kependudukan/KB. Selain Pelayanan kontrasepsi (PK) juga
terdapat komponen pelayanan kependudukan/KB lainnya seperti komunikasi dan
edukasi (KIE), konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks (sex
education), konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi
genetik, tes keganasan dan adopsi (Kusumaningrum, 2009).
Tidak ada
satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena
masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien.
Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut:
a. Aman,
artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan.
b. Berdaya
guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah
kehamilan.
c. Dapat
diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di
masyarakat
d. Terjangkau
harganya oleh masyarakat.
e. Bila metode
tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya,
kecuali untuk kontrasepsi mantap (Kusumaningrum, 2009).
2.
Macam-macam metode kontrasepsi
a.
Metode Sederhana
Kontrasepsi
sederhana tanpa alat dapat dengan senggama terputus dan pantang berkala.
Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat salah satunya dapat dilakukan dengan
menggunakan kondom (Kusumaningrum, 2009).
b.
Metode Modern/Efektif
1)
Kontrasepsi Hormonal
a)
Peroral: Pil
b)
Injeksi / suntikan
c)
Subcutis: Implant (alat kontrasepsi bawah kulit =
AKBK)
2)
Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)
3)
Kontrasepsi Mantap
a)
Pada wanita: Penyinaran, Operatif (Medis Operatif
Wanita/MOW), penyumbatan tuba fallopi secara mekanis.
b)
Pada pria: Operatif (Medis Operatif Pria/MOP),
Penyumbatan vas deferens secara mekanis, penyumbatan vas deferens secara
kimiawi (Kusumaningrum, 2009).
c.
Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat
dibagi menjadi :
1)
MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk
dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW
2)
Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang
termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain
selain metode yang termasuk dalam MKJP (Kusumaningrum, 2009).
B.
IUD
1. Pengertian
IUD
Intra
Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik dengan
bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai
dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan.
Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus berada dalam
rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel
telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh
sperma (Kusmarjadi, 2010).
Alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR/ IUD) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang
dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil,
suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik,
dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan
reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun,
dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran
tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh
tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan
usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi
menular seksual (Imbarwati, 2009).
AKDR (alat
kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya
Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen
dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini
dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan
untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan
sel telur (Kusumaningrum, 2009).
2. Jenis- jenis AKDR
a. Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan
polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan
kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang
biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning),
dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah
bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB masional
adalah IUD jenis ini.
b. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat
dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat
tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi
(anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru. IUD ini melepaskan
lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari
hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan
yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini
adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.
c.
Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7
dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter
batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang
mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga
halus pada jenis Copper-T.
d.
Multi load
IUD ini terbuat dari dari
plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang
fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi
gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk
menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil),
dan mini.
3.
Efektifitas IUD
IUD sangat efektif, (efektivitasnya
92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Tipe Multiload
dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai
3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan
per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.
4.
Cara Kerja
Cara
kerja dari IUD antara lain yaitu:
a. Menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b. Memengaruhi
fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
c. Mencegah
sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan
untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
5.
Indikasi dan Kontra Indikasi IUD
a.
Indikasi
Yang boleh menggunakan IUD
1)
Usia reproduktif
2)
Keadaan nulipara
3)
Menginginkan menggunakan kontrasepsi
jangka panjang
4)
Perempuan menyusui yang menginginkan
menggunakan kontrasepsi
5)
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6)
Setelah mengalami abortus dan tidak
terlihat adanya infeksi
7)
Risiko rendah dari IMS
8)
Tidak menghendaki metoda hormonal
9)
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil
setiap hari
10)
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 –
5 hari senggama
11)
Perokok
12)
Gemuk ataupun kurus
b.
Kontraindikasi IUD
Yang tidak boleh menggunakan KB IUD
1)
Belum pernah melahirkan
2)
Adanya perkiraan hamil
3)
Kelainan alat kandungan bagian dalam
seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di Leher
rahim, dan kanker rahim.
4)
Perdarahan vagina yang tidak diketahui
5)
Sedang menderita infeksi alat genital
(vaginitis, servisitis)
6)
Tiga bulan terakhir sedang mengalami
atau sering menderita PRP atau abortus septik
7)
Kelainan bawaan uterus yang abnormal
atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri
8)
Penyakit trofoblas yang ganas
9)
Diketahui menderita TBC pelvik
10) Kanker alat genital
11) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
6. Keuntunga dan kelemahan IUD
a. Keuntungan dari penggunaan IUD
1) Sangat
efektif. 0,6-0,8 kehamilan /100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125-170 kehamilan).
2) IUD
dapat efektif segera setelah pemasangan.
3) Metode
jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
4) Tidak
mempengaruhi hubungan seksual.
5) Sangat
efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
6) Meningkatkan
kenyamanan seksual karena karena rasa aman terhadap risiko kehamilan.
7) Tidak
ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.
8) Tidak
memengaruhi kualitas dan volume ASI
9) Dapat
dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi
infeksi).
10) Dapat
digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
11) Tidak
ada interaksi dengan obat-obat.
b. Kelemahan
IUD
1) Efek
samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus haid (umumnya pada 3
bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak,
perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit.
2) Komplikasi
lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan
berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia,
perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).
3) Tidak
mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4) Tidak
baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan.
5) Penyakit
radang panggul terjadi sesudah peerempuan dengan IMS memakai IUD, penyakit
radang panggul dapat memicu infertilitas.
6) Prosedur
medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam pemasangan IUD.
7) Sedikit
nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya
menghilang dalam 1-2 hari
8) Pencabutan
IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan) yang
terlatih.
9) Mungkin
IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang
segera setelah melahirkan).
10) Perempuan
harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
7. Efek
Samping Dan Komplikasi
a.
Efek samping umum terjadi:
Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar
mensturasi, saat haid lebih sakit.
b.
Komplikasi lain
1)
Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai
5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya
yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang
apabila pemasangan benar).
2)
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
3)
Tidak baik digunakan pada perempuan
dengan IMS atau yang sering berganti pasangan.
4)
Penyakit radang panggul terjadi sesudah
perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas.
5)
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan
pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD.
6)
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting)
terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari.
7)
Klien tidak dapat melepas IUD oleh
dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas.
8)
Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa
diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan).
9)
Tidak mencegah terjadinya kehamilan
ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan normal.
10)
Perempuan harus memeriksa posisi benang
IUD dari waktu ke waktu.
8.
Waktu Penggunaaan IUD
Penggunaan IUD
sebaiknya dilakukan pada saat:
a.
Setiap waktu dalam siklus haid, yang
dapat dipastikan klien tidak hamil.
b.
Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c.
Segera setelah melahirkan, selama 48 jam
pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan setelah 6 bulan apabila
menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
d.
Setelah terjadinya keguguran (segera
atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
e.
Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama
yang tidak dilindungi.
9. Waktu
Kontrol IUD
Kelemahan dari
penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang
IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah:
a. 1
bulan pasca pemasangan
b. 3
bulan kemudian
c. Setiap
6 bulan berikutnya
d. Bila
terlambat haid 1 minggu
e. Perdarahan
banyak atau keluhan istimewa lainnya
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
ASUHAN KEBIDANAN ALAT
KONTRASEPSI DALAM RAHIMPADA NY. S
USIA 44
TAHUN DENGANAKSEPTOR BARU KB IUD
DI BPS SRI ROMDHATI
GUNUNG KIDUL
Tanggal : 20 Februari 2015
Jam : 09.30 WIB
Pengkajian
data oleh :
IDENTITAS
Ibu Suami
Nama : Ny. S Tn. A
Umur : 44 tahun 48 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat :
Semin Wetan
A.
DATA
SUBYEKTIF
1. Alasan
kunjungan saat ini
Ibu mengatakan ingin menggunakan
IUD.
2. Keluhan
Utama
Ibu mengatakan tidak
memiliki keluhan pada saat periksa ini.
3. Riwayat
menstruasi
Ibu mengatakan menarche
umur 12 tahun, siklus 30 hari, lama 5-7 hari, banyaknya sehari ganti 2-3 kali
pembalut, keluhan tidak ada. HPHT 15 Februari 2015.
4. Riwayat
perkawinan
Ibu mengatakan menikah
umur 22 tahun. Pernikahan pertama, lama pernikahan ± 1 tahun.
5. Riwayat
Obstetri :P1A0Ah1
Usia anak terakhir : 2
bulan
6.
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas
yang lalu :
Hamil
Ke-
|
Persalinan
|
Nifas
|
|||||||
Lahir
|
Jenis persalinan
|
Penolong
|
komplikasi
|
JK
|
BB
Lahir
|
Laktasi
|
Komplikasi
|
||
1
|
2013
|
Spontan
|
Bidan
|
Tidak Ada
|
P
|
2900
|
Ya
|
Tidak
Ada
|
|
7.
Riwayat kontrasepsi
Ibu
mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya
8.
Riwayat kesehatan
a.
Penyakit yang pernah diderita ibu : Ibu
mengatakan tidak memiliki penyakit menurun, menahun dan menular seperti DM,
ASMA, HT, Jantung, dll.
b.
Penyakit yang pernah diderita oleh
keluarga : Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit menurun, menahun dan menular
seperti DM, ASMA, HT, Jantung, dll.
c.
Riwayat gynekologi : Ibu mengatakan
tidak pernah memiliki riwayat penyakit pada daerah genetalia dan payudara.
9.
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a.
Pola nutrisi
Makan
: 3 kali sehari, porsi
setengah porsi, jenis nasi, sayur, lauk dan camilan, keluhan tidak ada.
Minum :
6-8 kali sehari, jenis air putih dan susu, keluhan tidak ada.
b.
Pola eliminasi
BAB : 1 kali sehari, warna khas feses,
konsistensi lunak , bau khas feses, keluhan tidak ada.
BAK : 2-3 kali sehari, warna khas feses, konsistensi
cair, bau khas feses, keluhan tidaka ada.
c.
Pola istirahat
Tidur
siang 1jam dan tidur malam 7-8 jam, keluahan tidak ada.
d.
Personal hygiene
Mandi : 2 kali sehari
Gosok
gigi : 3 kali sehari (setiap mandi
dan sebelum tidur malam)
Keramas : 3 kali seminggu
Ganti
pakaian : 1 kali sehari
Ganti
Pembalut 2-3x sehari
e.
Pola aktivitas (kegiatan fisik dan olah
raga) : jalan-jalan dipagi hari dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
f.
Pola seksualitas : 1-2 kali dalam
seminggu. Keluhan : tidak ada.
g.
Kebiasaan yang mengganggu kesehatan : Ibu
mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang menggangu kesehatan seperti merokok,
minum-minuman beralkohol dan minum jamu.
h. Riwayat
psikososialspiritual dan ekonomi :
1) Ibu
mengatakan, merasa nyaman menggunakan alat kontrasepsi IUD karna ingin
menjarakkan anak dengan jarak yang panjang yaitu 5-6 tahun
2) Ibu
mengatakan, suami mendukung dalam menggunakan alat IUD.
3) Ibu
mengatakan tidak ada budaya yang membahayakan kesehatan.
4) Ibu
mengatakan beribadah seperti solat apabila tidak sedang menstruasi atau flek.
B.
DATA
OBYEKTIF
1. Pemeriksaan
umum
a. Keadaan
umum : baik Kesadaran : composmentis
b. Vital
sign
TD : 110/80 mmHg
S : 36,5 C
R : 22x/ menit
N : 82x/ menit
c. Antropometri :BB :
58 kg
2. Pemeriksaan
Fisik
a. Kepala
: Rambut bersih, tidak rontok,
warna hitam
b. Wajah : Tidak pucat, tidak ada oedem
c. Mata : Simetris, konjungtiva putih,
sklera merah muda
d. Telinga : Simetris, Bersih, tidak ada
serumen.
e. Hidung : Bersih, tidak ada
polip.
f. Mulut : Tidak ada stomastitis, tidak ada
caries gigi, warna bibir tidak pucat dan bibir tidak kering
g. Leher : Tidak ada pembesaran di bawah
telinga (kelenjar tyroid), tidak ada pembesaran kelenjar limfa, tidak ada
pelebaran vena jugularis
h. Payudara : Bentuknya simetris, tidak ada
benjolan disekitar payudara.
i.
Abdomen :
Tidak ada nyeri tekan pada daerah supra pubik.
j.
Genetalia : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan, tidak ada
luka parut, pada serviks tidak keluar cairan
k. Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan.
l.
Ekstremitas atas dan bawah : Tidak ada varices
C.
ANALISA 20 Februari
2014/09.30
Ny.
S usia 44 tahun P1A0AH1 akseptor baru KB IUD dengan keadaan normal.
D.
PENATALAKSANAAN 20 Februari 2015/09.30
1. Memberitahukan
pada ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik, TD 110/80 mmHg, Suhu 36,5C,
pernafasan 22x/ menit, Nadi 82x/ menit
Ibu mengerti
2. Memberitahukan
ibu prosedur pemasang IUD
Ibu
mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan.
3. Memberitahu
ibu efek samping KB IUD yaitu nyeri haid, perdarahan lebih banyak saat haid,
perubahan siklus menstruasi.
Ibu
mengerti
4. Meminta
ibu dan suami untuk menandatangani informed consent
Ibu dan suami telah
menandatangani informed consent
5. Memberitahu
ibu bahwa akan dilakukan pemasangan IUD.
a. Mempersilakan
ibu untuk mengosongkan kandung kemih
b. Siapkan
alat-alat yang diperlukan.
c. Mempersilakan
ibu untuk berbaring di bed gyn dengan posisi Lithotomi.
d. Petugas
memakai APD, lepas perhiasan dan cuci tangan
e. Pakai sarung
tangan kanan dan kiri
f. Memasukkan
pndorong dalam tabung IUD
g. Melakukan
Vulva higyene
h. Melaksanakan
pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan posisi uterus
i.
Pasang speculum
j.
Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
k. Masukkan
sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi
dan bentuk rahim.
dan bentuk rahim.
l.
Menyesuaikan tahanan biru pada tabung
insertr sesuai kedalaman cavum uterus
m. Inserter yang
telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke
dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong (secara with drawl) sehingga AKDR masuk ke dalam inserter dikeluarkan
dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong (secara with drawl) sehingga AKDR masuk ke dalam inserter dikeluarkan
n. Gunting AKDR
sehingga panjang benang 3- 4 cm
o. Benang AKDR
di dorong ke samping mulut rahim
p. Menekan
mulut rahim dengan kassa betadine 30-60 detik
q. Melepas
spekulum
r.
Pasien dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
s. Alat-alat
dibersihkan
t.
Petugas cuci tangan
6. Memberitahu
ibu bahwa tindakan telah selesai.
Sudah
dilakukan
7. Menganjurkan
untuk menjaga kebersihan terutama daerah kewanitaan dengan mengganti celana
dalam setiap kali merasa lembab, mengeringkan setiap kali habis BAB/BAK
Ibu mengerti dan
bersedia
8. Memberitahu
ibu cara mengecek benang dengan cara ibu cuci tangan yang bersih, posisi
jongkok, masukkan 2 jari ibu dan raba adanya benang, lakukan setiap habis menstruasi
Ibu
mengerti penjelasan yang diberikan akan melakukan
9. Menganjurkan
pada ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi
Ibu
bersedia
10. Melakukan
pendokumntasian dan mencatat pada lembar KB ibu
Telah dilakukan
Gunung
Kidul, 20 Februari 2015
TTD
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas mengenai proses
manajemen asuhan kebidanan pada Ny. S
akseptor KB IUD secara terperinci mulai dari langkah pertama yaitu pengkajian
data sampai dengan evaluasi sebagai langkah terakhir. Pembahasan ini akan
menjelaskan mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat proses serta
kesenjangan antara manajemen teori dan praktek langsung di lapangan.
A. Pengkajian
data subjektif dan objektif
Pengkajian merupakan langkah awal
dari proses asuhan kebidanan yang penulis lakukan untuk mengumpulkan data
subyektif maupun data obyektif. Pada langkah ini penulis tidak mengalami
hambatan dalam mendapatkan data tersebut. Hal ini terlihat pada data subyektif
yaitu ibu mengatakan ingin menggunakan KB IUD. Pada data obyektif, tidak ada
indikasi untuk tidak dilakukan pemasangan IUD.
B. Analisa
Data subyektif dan obyektif yang penulis temukan
saat melakukan pengkajian mendukung ditegakkannya diagnosa kebidanan pada Ny. S P1A0Ah1 umur 44 tahun dengan akseptor baru kb IUD.
C. Penatalaksanaan
Langkah ini adalah merencanakan
asuhan kebidanan pada Ny. S akseptor baru IUD secara menyeluruh dengan didukung
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya.
a. Jelaskan
keadaan kepada ibu setelah dilakukan
pemeriksaan.
b. Jelaskan
prosedur pemasangan IUD.
c. Jelasankan
prosedur pemasangan IUD.
d. Lakukan
pemasangan IUD.
e. Jelaskan
tentang perawatan benang IUD.
f. Jelaskan
untuk kunjungan ulang.
Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek di
lapangan, penulis juga tidak menemukan hambatan karena adanya kerja sama yang
baik antara penulis dan klien.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
IUD (Intra Uterine Device) adalah
alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam
rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu.
IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang. Nama populernya adalah spiral.
Terdapat beberapa jenis IUD, namun yang paling sering digunakan adalah IUD
dengan jenis coper-T.
IUD dapat dipasang saat sedang menstruasi atau sesaat setelah
persalinan. Ada beberapa efek samping yang ditimbulkan IUD mulai dari amenorea
sampai dengan pengeluaran cairan pervaginam yang dicurigai adanya penyakit
radang panggul.
B.
Saran
1.
RumahSakit
a.
Supaya lebih memberikan kesempatan serta peluang bagi peserta didik untuk menggali ilmu lebih banyak khususnya asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD.
b. Dapat menilai serta mengevaluasi dari kekurangan peserta didik dalam laporan dan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor
KB IUD.
c. Diharapkan
agar tenaga kesehatan dapat meningkatkan asuhan dan pemantauan pada ibu yang
menggunakan KB IUD, hal ini dikarenakan ibu
yang menggunakan KB IUD rawan mengalami masalah atau komplikasi yang
bisa membahayakan dirinya. Dengan tindakan dan pemantauan yang benar diharapkan
komplikasi yang terjadi pada ibu dapat dicegah.
2.
Pendidikan
Bagi pendidikan akademik,
hendaknya sabar, terbuka dalam memotivasi dan membimbing kami anak didiknya dalam menyusun laporan mengenai asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD.
3.
Pasien
a.
Menggali
informasi lebih mengenai alat kontrasepsi khususnya IUD
b.
Lebihmemperhatikan dan mengontrol ketenaga kesehatan secara rutin alat
kontrasepsi yang dipasang
4.
Mahasiswa
Mahasiswa hendaknya lebih proaktif dan kreatif,
sehingga untuk praktek selanjutnya lebih siap dan paham dengan tindakan yang telah dilakukan dan akan dilakukan khususnya asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD.
No comments:
Post a Comment