A. PENGERTIAN
Gizi seimbang adalah Gizi yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari sehingga tubuh bisa aktif
dan sehat optimal, serta tak terganggu penyakit atau tubuh tetap sehat. Kebutuhan
gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan
pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan
dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
1.
Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar
dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih
sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya
usia.
2.
Kebutuhan zat pembangu
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa
pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa.
Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,
kebutuhannya relatif lebih kecil.
3.
Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari
berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
B. PERAN
MAKANAN BAGI BALITA
Didalam makanan terdapat enam jenis
zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat
gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat
pengatur.
1.
Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah
karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk
melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu,
kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang
dewasa.
2.
Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk
pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga
menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
3.
Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan
jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut
ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
a.
Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan
vitamin C )
maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K
).
b.
Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium,
dan flour.
c.
Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel
tubuh.
C.
KEBUTUHAN GIZI BALITA
Kebutuhan
gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan
pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan
dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
1. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita
relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut
pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring
dengan bertambahnya usia.
2. Kebutuhan
zat pembangu
Secara fisiologis, balita sedang
dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang
dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu
tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
3. Kebutuhan
zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam
sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
D. BEBERAPA HAL
YANG MENDORONG TERJADINYA GANGGUAN GIZI
Ada beberapa hal yang sering
merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada
bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah
gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Berbagai
faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama
pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
1.
Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan
demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang
berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan
relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah
makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan
keluarga, khususnya makanan anak balita. Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd,
1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak
menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang
mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
2.
Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang
tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap
dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi,
bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa
daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
3.
Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu
masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak
untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak
ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu
sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan
tubuhnya.
4.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan
anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein.
Beberapa
orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya
memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah
dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk
gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
5.
Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan
tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut
sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat
gizi yang diperlukan.
6.
Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita
gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah
lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
7.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk
menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut
juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI
berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita
gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan
kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga,
disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak
kelahiran dan kehamilan.
8.
Sosial Ekonomi Keterbatasan penghasilan keluarga turut
menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak
dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang
disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
9.
Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit
ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk
pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
10.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi
adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk
rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).
E. MENU MAKANAN
BALITA
Makanan memegang peranan penting
dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang
baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan
jam-jam makan dan variasi makanan.
1.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian
makanan sebagai berikut :
a.
Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan
sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
b.
Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga
anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu
yang disarankan adalah:
-
Pagi hari waktu sarapan.
-
Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
-
Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
-
Pukul 16.00 sebagai selingan
-
Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
-
Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
-
Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok
gigi.
Contoh Pola
Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun
-
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini
fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
-
Pukul 06.00 : Susu
-
Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
-
Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
-
Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
-
Pukul 14.00 : Susu
-
Pukul 16.00 : Makanan selingan
-
Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
-
Pukul 20.00 : Susu.
F.
MAKANAN SELINGAN BALITA
Pada usia
balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini
perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai
lanjut. Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel
otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu
diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil.
Pertum-buhan
sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun. Pemberian makanan balita sebaiknya
beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam
bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan
sesuai makanan keluarga. Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola
makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku
makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu
menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan
meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam
keluarga.
Makanan
selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan
pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi
makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan
pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya. Jenis makanan selingan
yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat,
protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu
isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
Fungsi
makanan selingan adalah :
1.
Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat
dalam bahan makanan selingan.
2.
Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam
makanan utamanya (pagi, siang dan malam).
3.
Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas
anak pada usia balita.
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis
dibandingkan jika dibeli di luar rumah. Bila terpaksa membeli, sebaiknya
dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber
karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan
terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis
saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan
menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif
muda dapat terserang penyakit tertentu.
G.
CARA
PENGOLAHAN MAKAN UNTUK BALITA
Yang Dimaksud Dengan Makanan
Bergizi:
1.
Makanan yang dimakan secara beraneka
ragam, makin beragam makin tinggi gizinya.
2.
Cara
Menyusun Hidangan Keluarga:
Dengan
pedoman “triguna makanan “yaitu:
3.
Makanan
Pokok (tenaga): buah, jagung, singkong, roti, sagu, gula, minyak, dll.
4.
Lauk pauk (pembangun):
a.
Hewani:
ikan, telur, daging, dll.
b.
Nabati: tempe, tahu, oncom, dll.
5.
Sayuran dan buah-buahan (pengatur):
bayam, kangkung, wortel, tomat, pisang, pepaya, jeruk, dll.
Cara
Mengolah Makanan agar Tetap Sehat dan Bergizi :
a. Mencuci beras jangan sampai airnya bening (dua
kali).
b. Sayuran dicuci dahulu baru di potong–potong.
c. Masak sayuran jangan terlalu
lama.
d. Sayuran sumber vitamin A
sebaiknya dimasak tumis atau dengan santan.
e. Mengolah makanan atau
memasak makanan gunakan garam beryodium.
H. CONTOH VARIASI MAKANAN UNTUK BALITA
Stick Tempe
Keju
Bola Ikan
Sayuran
Angka
kecukupan gizi pada balita
No |
Umur |
Berat badan |
Tinggi badan |
1 |
0-5 bln |
5,5 kg |
60 cm |
2 |
7-12 bln |
8,5 kg |
71 cm |
3 |
1-3 th |
12 kg |
90 cm |
4 |
4-5 th |
18 kg |
110 cm |
Pola
makan balita
Umur
Balita
|
JENIS
MAKANAN
|
|||
ASI
|
Lumat
|
Lembek
|
Keluarga
|
|
0-4 bln
|
Ö
|
|||
4-6 bln
|
Ö
|
Ö
|
||
6-12 bln
|
Ö
|
Ö
|
||
1-2 thn
|
Ö
|
Ö
|
||
> 2 th
|
Ö
|
Keterangan:
1. Umur 0-4 bln cukup ASI saja, makin sering ASI
diberikan makin baik.
2. Umur 4-6 bln, ASI ditambah makanan
pendamping ASI berupa makanan lumat.
3. Umur 6-12 bln, ASI ditambah
makanan pendamping ASI berupa makanan lembek.
4. Umur 1-2 th, ASI ditambah makanan keluarga.
5. Umur 2 tahun atau lebih,
makanan keluarga ditambah susu.
DAFTAR
PUSTAKA
Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan
Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.
Emawati F . , Yuniar R , Susilawati
, Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet Besi Untuk Pencegahan Anemia
. Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 : 92
Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah
Sebagai Investasi SDM . dalam Kompas 9 September 2002 .
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA
kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sudiyanto. Dalam membina anak dalam
mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang anak, Fakultas Kedokteran UI.
No comments:
Post a Comment