Wednesday, April 20, 2016

GIZI BALITA



A.  PENGERTIAN

Gizi seimbang adalah Gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari sehingga tubuh bisa aktif dan sehat optimal, serta tak terganggu penyakit atau tubuh tetap sehat. Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).


1.      Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
2.    Kebutuhan zat pembangu
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
3.    Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.

B.       PERAN MAKANAN BAGI BALITA
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.
1.         Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
2.         Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
3.         Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
a.       Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C )
maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b.        Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c.         Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

C.           KEBUTUHAN GIZI BALITA

            Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
1.       Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
2.      Kebutuhan zat pembangu
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
3.        Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.

D.      BEBERAPA HAL YANG MENDORONG TERJADINYA GANGGUAN GIZI
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
1.         Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita. Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
2.         Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
3.         Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
4.         Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein.
Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
5.         Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
6.         Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
7.         Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
8.         Sosial Ekonomi Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan.  Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
9.          Penyakit infeksi Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
10.     Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).

E.       MENU MAKANAN BALITA
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
1.         Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
a.       Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
b.      Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
-          Pagi hari waktu sarapan.
-          Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
-          Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
-          Pukul 16.00 sebagai selingan
-          Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
-          Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
-          Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun
-          Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
-          Pukul 06.00 : Susu
-          Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
-          Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
-          Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
-          Pukul 14.00 : Susu
-          Pukul 16.00 : Makanan selingan
-          Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
-          Pukul 20.00 : Susu.

F.     MAKANAN SELINGAN BALITA
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut. Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil.
Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun. Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga. Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya. Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
1.      Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
2.      Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam).
3.      Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah. Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu.

G.           CARA PENGOLAHAN MAKAN UNTUK BALITA
Yang Dimaksud Dengan Makanan Bergizi:
1.      Makanan yang dimakan secara beraneka ragam, makin beragam makin tinggi gizinya.
2.      Cara Menyusun Hidangan Keluarga:
Dengan pedoman “triguna makanan “yaitu:
3.      Makanan Pokok (tenaga): buah, jagung, singkong, roti, sagu, gula, minyak, dll.
4.      Lauk pauk (pembangun):
a.       Hewani: ikan, telur, daging, dll.
b.      Nabati: tempe, tahu, oncom, dll.
5.      Sayuran dan buah-buahan (pengatur): bayam, kangkung, wortel, tomat, pisang, pepaya, jeruk, dll.
Cara Mengolah Makanan agar Tetap Sehat dan Bergizi :
a.       Mencuci beras jangan sampai airnya bening (dua kali).
b.      Sayuran dicuci dahulu baru di potong–potong.
c.       Masak sayuran jangan terlalu lama.
d.      Sayuran sumber vitamin A sebaiknya dimasak tumis atau dengan santan.
e.       Mengolah makanan atau memasak makanan gunakan garam beryodium.




H.      CONTOH VARIASI MAKANAN UNTUK BALITA
Stick Tempe Keju


Bola Ikan Sayuran


Angka kecukupan gizi pada balita

No

Umur

Berat badan

Tinggi badan

1

0-5 bln

5,5 kg

60 cm

2

7-12 bln

8,5 kg

71 cm

3

1-3 th

12 kg

90 cm

4

4-5 th

18 kg

110 cm



Pola makan balita
Umur Balita
JENIS MAKANAN
ASI
Lumat
Lembek
Keluarga
0-4 bln
Ö



4-6 bln
Ö
Ö


6-12 bln
Ö

Ö

1-2 thn
Ö


Ö
> 2 th



Ö

Keterangan:
1.      Umur 0-4 bln cukup ASI saja, makin sering ASI diberikan makin baik.
2.      Umur 4-6 bln, ASI ditambah makanan pendamping ASI berupa makanan lumat.
3.      Umur 6-12 bln, ASI ditambah makanan pendamping ASI berupa makanan lembek.
4.      Umur 1-2 th, ASI ditambah makanan keluarga.
5.      Umur 2 tahun atau lebih, makanan keluarga ditambah susu.









DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.
Emawati F . , Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet Besi Untuk Pencegahan Anemia . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 : 92
Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam Kompas 9 September 2002 .
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sudiyanto. Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang anak, Fakultas Kedokteran UI.

No comments:

Post a Comment