Monday, May 30, 2016

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN NORMAL



LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NORMAL
NY.  Y UMUR 35 TAHUN G2 P1 A0 Ah1 UK 40 MINGGU
DI BPM EKO MURNIATI, KULONPROGO


Dosen Pembimbing : Siti Arifah, S. ST











Disusun Oleh:
Desti Wulandari
201210105151





PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2015





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Angka kematian ibu menjadi salah satu indikator terpenting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan pada masa nifas (42 hari setelah melahirkan). AKI  juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Angka kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk periode 5 tahun sebelum survey (2003-2007) berjumlah 228 per 100.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Tahun 2008 angka kematian ibu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berada pada angka 104 per 100.000 menurun dari 114 per 100.000 pada tahun 2004. Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan kabupaten / kota pada tahun 2008 adalah 41 ibu dan pada tahun 2009 mencapai 48 ibu. Meskipun angka kematian ibu terlihat kecenderungan penurunan, namun jika diamati tingkat laju penurunan selama periode 5 tahun terakhir terlihat melandai/kurang tajam (Dinkes Propinsi D.I.Yogyakarta, 2010).
Untuk mengatasi hal ini maka pemerintah bekerjasama dengan WHO meluncurkan strategi Safe Motherhood dengan fokus Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu peningkatan deteksi dan penanganan ibu hamil resiko tinggi ibu hamil yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama dengan masyarakat melalui program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang merupakan salah satu komponen pelaksanaan desa/kelurahan siaga (Kepmenkes, 2010).
Semua kelahiran harus dihadiri oleh petugas yang terlatih serta kompeten dengan secara cepat mendiagnosa dan menangani penyulit. Ketika memberikan asuhan, sangat penting diingat bahwa lebih besar kemungkinan orang akan menggunakan pelayanan yang bermutu tinggi dan menghindari pelayanan yang bermutu rendah. Salah satu untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu tinggi adalah menerapkan asuhan sayang ibu dalam setiap proses persalinan(Pusdiknakes, 2008).
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan merupakan serangkaian yang dilakukan oleh bidan bekerjasama dengan ibu dan keluarganya untuk memberikan pelayanan dengan penuh hormat dan kepedulian sesuai kebutuhan ibu serta menciptakan rasa saling percaya dalam rangka melaksanakan asuhan kebidanan (Pundiknakes, 2008). Asuhan sayang ibu meliputi kegiatan memberikan pelayanan kebidanan menyeluruh dalam persalinan kala I, kala II, kala III,dan kala IV dengan memperhatikan 5 benang merah dalam asuhan persalinan, yaitu asuhan sayang ibu, pencegahan infeksi, pengambil keputusan klinik, pencatatan atau dokumentasi, dan rujukan (Depkes, 2008).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa banyak ibu bersalin yang masih tidak mau meminta pertolongan tenaga penolong terlatih untuk memberikan asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Salah satu prinsip umum asuhan sayang ibu yang harus diikuti bidan adalah menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang bermutu serta sopan. Usaha ini dilakukan untuk membantu Depkes dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu. (Pusdiknakes, 2008).
B.     Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Seluruh tenaga kesehatan khusunya para bidan mampu menerapkan dan mensosialisasikan asuhan kebidanan ibu pada persalinan normal yang optimal.
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui asuhan sayang ibu yang diberikan pada ibu bersalin normal.
b.    Untuk mengetahui kesenjangan asuhan pada ibu bersalin normal menurut teori dan di lahan praktik.
C.    Manfaat
1.      Bagi BPM Eko Murniati
Sebagai salah satu sumber informasi/masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di BPM Eko Murniati tentang asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin normal.
2.      Bagi Mahasiswa STIKES Aisyiyah Yogyakarta
Sebagai bahan gambaran bagaimana asuhan pada ibu bersalin normal yang ada di lahan praktikan.
3.      Bagi Pembaca
Menjadi pengalaman berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan tentang bagaimana asuhan pada ibu bersalin normal yang optimal.
4.      Bagi Penulis
Merupakan sarana pengembangan ide dan kreatifitas penulis dalam mengembangkan potensi diri dan profesi kebidanan.














BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yanng muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu. Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi, umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan normal dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Simkin,2006).
B.     Proses Terjadinya Persalinan
Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih merupakan kumpulan teoritis yang kompleks teori yang turut memberikan andil dalam proses terjadinya persalinan antara lain:
1.    Teori kerenggangan: otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dimulai.
2.    Teori penurunan progesteron: Progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitif sehingga menimbulkan his atau kontraksi.
3.    Teori oksitosin: Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah sehingga dapat mengakibatkan his.
4.    Teori pengaruh prostaglandin: Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
5.    Teori plasenta menjadi tua: dengan bertambahnya usia kehamilan, plasenta menjadi tua dan menyebabkan villi corialis mengalami perubahan sehingga kadar esterogen dan progesteron turun. Hal ini menimbulkan kekejangan pembuluh darah dan menyebabkan kontraksi rahim.
6.    Teori distensi rahim: keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenter.
7.    Teori berkurangnya nutrisi: bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan (Asrinah, 2010).
Persalinan Kala I
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan Kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif, yaitu Fase Laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam dan Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 sub fase :
a.    Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b.    Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c.    Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap (Simkin, 2006).
Persalinan Kala II
Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala janin melalui bukan introitus vagina, ada rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan springter ani membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi baru lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi, dan 1 jam pada multi. Pada kala pengeluaran janin telah turun masuk ruang panggul sehingg terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengejan, karena tekanan pada rektum ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus membuka. Dengan adanya his ibu dipimpin untuk mengedan, maka lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Komplikasi yang dapat timbul pada kala II yaitu: eklampsi, kegawatdaruratan janin, tali pusat menumbung, penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu, persalinan lama, ruptur uteri, distosia karena kelainan letak, infeksi intra partum, inersia uteri, tanda-tanda lilitan tali pusat (Rukiyah, 2009).

C.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan adalah diantaranya sebagai berikut:
1.    Faktor Power
Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan sempurna dan tenaga mengejan.
2.    Faktor Passager, yaitu faktor janin yang meliputi sikap janin, letak, presentasi, bagian terbawah, dan posisi janin.
3.    Faktor Passage (jalan lahir), dibagi menjadi : tulang-tulang panggul (rangka panggul), otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.
4.    Faktor psikologi ibu. Keadaan psikologi ibu memengaruhi proses persalinan. Dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh pada kelancaran proses persalinan.
5.    Faktor penolong. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik yang dimiliki penolong, diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam memberikan asuhan tidak terjadi sehingga memperlancar proses persalinan. (Asrinah, 2010).
D.        Tahapan Persalinan
1.      Persalinan kala I (fase pematangan dan pembukaan)
a. Definisi
Inpartu di tandai dengan keluarnya lendir darah, karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement) kala dimulai dari pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10cm) lamanya kala I untuk primigravida berlangsung ± 12 jam, sedangkan pada multigravida berlangsung ± 8 jam. Berdasarkan kurva friedman pembukaan primi 1 cm/jam, sedangkan pada multi 2cm/jam
Kala pembukaan dibagi dua fase :
1)   Pembukaan laten : pembukaan serviks, sampai ukuran 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam
2)   Fase aktif : berlangsung ± 6 jam, di bagi atas 3 sub fase yaitu :
a)             Periode akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
b)            Periode dilatasi maksimal selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
c)             Periode deselerasi berlangsung lambat, selama 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
b. Asuhan pada kala I
        1)                  Menghadirkan orang yang di anggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga pasien atau teman dekat
Dukungan yang dapat diberikan :
a)      Mengusap keringat
b)      Menemani atau membimbing jalan-jalan (mobilisasi)
c)      Memberikan minum
d)     Merubah posisi dan sebagainya
e)     Memijat atau menggosok punggung
2)      Mengatur aktivitas dan posisi ibu
a)         Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya
b)         Posisi sesuai dengan keinginan ibu, namun bila ibu ingin di tempat tidur sebaiknya tidak dianjurkan tidur dalam posisi terlentang lurus
3)      Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his
Ibu di minta menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his
4)      Menjaga privasi ibu
Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien atau ibu
5)      Penjelasan tentang kemajuan persalinan
Menjelaskan kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi dalam tubuh ibu, serat prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil – hasil pemeriksa
6)      Menjaga kebersihan diri
Membolehkan ibu mandi untuk mandi, menganjurkan ibu emmbasuh sekitar kemaluannya sesuai buang air kecil atau besar
7)      Mengatasi rasa panas
Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, dapat di atasi dengan cara :
a)Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
b)                    Menggunakan kipas biasa
c)Menganjurkan ibu untuk mandi
8)      Massase
Jika ibu suka, lakukan pijatan atau massase pada punggung atau mengusap perut dengan lembut
9)      Pemberian cukup minum
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah rehidrasi
10)  Mempertahankan kandung kemih tetap kosong
Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
11)  Sentuhan
Disesuaikan dengan keinginan ibu, memberikan sentuhan pada salah satu bagian tubuh yang bertujuan untuk mengurangi rasa kesendirian ibu selama proses persalinan
2.      Persalinan kala II (kala pengeluaran janin)
a.       Definisi
Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disbeut kala pengeluaran bayi (APN 2008)
Gejala dan tanda kala II persalinan :
1)      Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2)      Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum/pada vaginanya
3)      Perineum menonjol
4)      Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
5)      Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah (APN 2008)
Pada kala ini his terkoordinir, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali kepala janin telah masuk keruangan panggul sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang menimbulkan rasa ingin mengedan, karena tekanan pada rectum, ibu ingin seperti mau buang air besar, dengan tanda anus membuka. Pada saat his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, perineum meregang. Dengan kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala, membuka pintu, dahi, hidung, mulut dan muka dan seluruhnya, diikuti oleh putaran paksi luar yaitu penyesuaian kepala dengan punggung. Setelah itu sisa air ketuban. Lamanya kala II untuk primigravida 60 menit dan multigravida 30 menit.
b.      Asuhan pada kala II
1)      Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
Kehadiran seseorang untuk :
                   a)  Mendampingi ibu agar merasa nyaman
b)  Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu.
2)      Menjaga kebersihan diri
       a)  Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar infeksi
b)  Bila ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan
3)      Mengipasi dan massase
Menambah kenyamanan pada ibu
4)      Memberikan dukungan mental
Untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu dengan cara :
a)   Menjaga privasi ibu
b)   Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
c)   Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu
5)      Mengatur posisi ibu
Dalam memimpin mengedan dapat dipilih posisi berikut :
a)   Jongkok
b)   Menungging
c)   Tidur miring
d)   Setengah duduk
Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum dan infeksi
6)      Menjaga kandung kemih tetap kosong
Ibu dianjurkan untuk berkemih sesering mungkin. Kandung kemih yang penuh dapat menghalangi turunnya kepala kedalam rongga panggul
7)      Memberikan cukup minum
Memberi tenaga dan mencegah dehidrasi
8)      Memimpin meneran
Ibu dipimpin mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas, kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri umbilicus yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal
9)      Bernafas selama persalinan
Minta ibu untuk bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan
10)  Pemantauan denyut jantung janin
Periksa DJJ setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi (<120) selama mengedan yang lama, akan terjadi pengurangan aliran darah dan oksigen ke janin
11)  Melahirkan bayi
a)      Menolong kelahiran kepala
(1)        Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
(2)        Menahan perineum dengan satu tangan lainnya bila diperlukan
(3)        Mengusap kepala bayi untuk membersihkan dari kotoran/lendir
b)      Periksa tali pusat
Bila lilitan tali pusat terlalu ketat, di klem pada dua tempat kemudian di gunting diantara kedua klem tersebut sambil melindungi leher bayi.
c)      Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya :
(1)        Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
(2)        Lakukan tarikan lembut kebawah untuk melahirkan bahu depan
(3)        Lakukan tarikan lembut keatas untuk melahirkan bahu belakang
(4)        Selipkan satu tangan ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
(5)        Pegang erat bayi agar jangan sampai jatuh
12)  Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh
Setelah bayi lahir segera keringkan dan selimuti dengan menggunakan handuk atau sejenisnya, letakkan pada perut ibu dan berikan bayi untuk menyusui
13)  Merangsang bayi
a)    Biasanya dengan melakukan pengeringan cukup memberikan rangsangan pada bayi.
b)    Dilakukan dengan cara mengusap-usap pada bagian punggung atau menepuk telapak kaki bayi.

3.      Persalinan kala III (kala uri/plasenta)
a.       Definisi
Kala III adalah waktu dari keluarnya bayi hingga pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta) yang bgerlangsung tidak lebih dari 30 menit (JNPK-KR 2008)
1)      Tanda-tanda pelepasan plasenta
a)  Semburan darah
Semburan darah ini disebabkan karena penyumbatan retroplasenter pecah saat plasenta lepas
b)   Pemanjangan tali pusat
Hal ini disebabkan karena plasenta turun ke segmen uterus yang lebih bawah atau rongga vagina
c)    Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular (bulat)
Perubahan bentuk ini disebabkan oleh kontraksi uterus
d)     Perubahan dalam posisi uterus yaitu uterus naik ke dalam abdomen
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sesaat setelah plasenta lepas TFU akan naik, hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta ke segmen uterus yang lebih bawah
b.      Asuhan pada kala III
1)      Pemberian suntik oksitosin
a)      Letakkan bayi baru lahir di atas kain bersih yang telah disiapkan diperut bawah ibu dan minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang bayi tersebut
b)      Pastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus
c)      Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik
d)     Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar
e)      Dengan mengerjakan semua prosedur tersebut terlebih dahulu maka akan memberi cukup waktu pada bayi untuk memperoleh sejumlah darah kaya zat besi dan setelah itu (setelah dua menit) baru dilakukan tindkaan penjepitan dan pemotongan tali pusat
f)       Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk inisiasi menyusui dini dan kontak kulit dengan ibu
g)      Tutup kembali perut bawah ibu dengan kain bersih
Alasan kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang sudah memakai sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh darah pada perut ibu.
2)      Penegangan tali pusat terkendali
a)      Berdiri di samping ibu
b)      Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat pada saat kala II) pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
c)      Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan uterus pada saat melakukan penegangan tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati -hati untuk mencegah inversio uteri
d)     Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekita 2-3 menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali
e)      Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan
f)       Tetapi jika langkah 5 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan lanjutkan penegangan tali pusat. (pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu pindahkan klem lebih dekat dengan perineum pada saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta. Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan tekanan dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus).
g)      Setelah plasenta lepas, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai (mengikuti poros jalan lahir).
h)      Pada saat plasenta terlihat pada intoritus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah penampung. Karena selpaut ketuban mudah robek, pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketubah terpilin menjadi satu.
i)        Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban
j)        Jika selaput robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan atauklem DTT atau forsep untuk keluarkan selaput ketuban yang teraba
3)      Rangsangan taktil (massase) fundus uteri
Segera setelah plasenta lahir, lakukan massase fundus uterus :
a)      Letakkan telapak tangan pada fundus uterus
b)      Menjelaskan tindakan kepada ibu, bahwa ibu mungkin merasa agar tidak nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dan perlahan serta rileks
c)      Dengan lembut tapi mantap gerakan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri
d)     Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh (periksa plasenta sisi maternal yang melekat pada dinding uterus untuk memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh, tidak ada bagian yang hilang. Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak adanya kemungkinan lobus tambahan. Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya
e)      Periksa kembali uterus setelah 1-2 menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi massase fundus uetri. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase fundus uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi dengan baik
f)       Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua psaca persalinan.



4.      Persalinan kala IV
a.       Definisi
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1- 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk memantau kondisi ibu. Harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
b.      Asuhan pada kala IV
1)      Lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.
2)      Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uterus setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.
3)      Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan.
4)      Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum.
5)      Evaluasi keadaan umum ibu.
Pantau keadaan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menut selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat.
6)      Dokumentasi semua asuhan selama persalinan kala IV di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan dan persalinan dilakukan (APN. 2008).
F.     PARTOGRAF
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. 
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1.      Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2.      Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk:
1.      Mencatat kemajuan persalinan.
2.      Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
3.      Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
4.      Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
5.      Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
Penggunaan Partograf
1.      Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
2.      Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
3.      Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).
4.      Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
1.     Denyut jantung janin setiap 1/2 jam
2.     Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam
3.     Nadi setiap 1/2 jam
4.     Pembukaan serviks setiap 4 jam
5.     Penurunan kepala setiap 4 jam
6.     Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
7.     Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam
Pencatatan selama fase aktif persalinan
Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk:
1.      Informasi tentang ibu:
a.       Nama, umur.
b.      Gravida, para, abortus (keguguran).
c.       Nomor catatan medis/nomor puskesmas.
d.      Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu).
e.       Waktu pecahnya selaput ketuban.
2.      Kondisi janin:
a. DJJ
b.Warna dan adanya air ketuban
c. Penyusupan (molase) kepala janin
3.    Kemajuan persalinan:
a.    Pembukaan serviks
b.    Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
c.    Garis waspada dan garis bertindak
4.    Jam dan waktu:
a. Waktu mulainya fase aktif persalinan
b.Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
5.    Kontraksi uterus:
Frekuensi dan lamanya
6.    Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
a. Oksitosin
b.Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
7.      Kondisi ibu:
a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
b.Urin (volume, aseton atau protein)
8.      Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
Mencatat temuan Partograf
1. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: "jam" pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2. Kesehatan dan kenyamanan janin
         Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
a. Denyut jantung janin
                       Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.
                       Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
b. Warna dan adanya air ketuban
                         Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
1)      U : Ketuban utuh (belum pecah)
2)      J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
3)      M:Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
4)      D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
5)      K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban ("kering")
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
c. Molase (penyusupan kepala janin)
                       Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.
                       Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
                       Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
                       1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
                       2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
  3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
3. Kemajuan Persalinan
                       Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur diatasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit.
a. Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda "X" harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
                       Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
Kata-kata "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi pembukaan serviks yang sama dengan angka " pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5,Berikan tanda " " di nomor tuliskan tanda " " dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak 4. Hubungkan tanda " terputus.
Garis waspada dan garis bertindak. Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. 
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll.). 
Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri. 
     Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
4. Jam dan waktu
a..Waktu mulainya fase aktif persalinan
         Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b..Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
         Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. 
         Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pem¬bukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri).
5). Kontraksi uterus
(a)    Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
(b)   Nyatakan lamanya kontraksi dengan:
(c)    Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.
(d)     Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.
(e)    Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
6). Obat-obatan yang diberikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV
a). Oksitosin.
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksi¬tosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
b). Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7). Kesehatan dan kenyamanan ibu
·         Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.
a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
·          Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
1.    Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yangsesuai)
2.   Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
3.    Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
b. Volume urin, protein atau aseton
·         Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.
8). Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
·         Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
·         Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup:
1.         Jumlah cairan per oral yang diberikan.
2.         Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur.
3.         Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum).
4.         Persiapan sebelum melakukan rujukan.
5.         Upaya Rujukan.
Pencatatan pada lembar belakang Partograf
·         Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir).  Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. 
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang dan bersih aman.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
1.    Data dasar
2.    Kala I
3.    Kala II
4.    Kala III
5.    Bayi baru lahir
6.    Kala IV
Cara pengisian:
         Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan menurut unsur-unsurnya sebagai berikut.

1). Data dasar
·         Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
2). Kala I
·         Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.
3). Kala II
·         Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.
4). Kala III
·         Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir >30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
5). Bayi baru lahir
·         Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang sesuai.
6). Kala IV
·       Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).















BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN NORMAL
PADA NY.Y UMUR 35 TAHUN G2 P1 A0 AH1 UK 40 MINGGU
DI BPM EKO MURNIATI, KULONPROGO

Tanggal masuk            : 9-3-2015
Tanggal pengkajian     : 9-3-2015/ 10.00 WIB
Ruang                          : kamar bersalin
Oleh                            : Desti Wulandari
A.        SUBYEKTIF
Identitas          Istri                                          Suami
Nama ibu         : Ny. Y                                    Tn. W
Umur               : 35 Tahun                               38 Tahun
Suku/bangsa    :Jawa/Indonesia                      Jawa/Indonesia
Agama             : Islam                                     Islam
Pendidikan      : SMA                                     SMA
Pekerjaan         :IRT                                         Wiraswasta
Alamat                        : Sigran, Galur                         Sigran, Galur
1.            Keluhan : Ibu mengatakan kenceng kenceng teratur sejak tadi malam jam 19.00, belum keluar lendir darah dari jalan lahir.
2.            Riwayat Menstruasi     :
Menarche           :12 tahun
Lama                  : 6 hari
Siklus                 :28 hari
HPHT                : 2-6-2014
HPL                   : 9-3-2015
3.             Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan menikah 1 kali,lama pernikahan 1 tahun
4.             Riwayat Obstetri
G2 P1 A0 AH1
5.            Riwayat kehamilan,persalinan,nifas yang lalu
Hamil ke
UK
Tgl lahir
J. Persalinan
Penolong
Tempat
JK
BB
PB
Nifas
ASI
1
Aterm
2014
Spontan
Bidan
BPM
L
3kg
48
Normal
Ya
Hamil ini
40










6.            Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
7.                   Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan ibu, suami, keluarga tidak sedang atau pernah menderita penyakit menular, menurun, menahun seperti hipertensi, hepatitis, jantung, DM, TBC, Asma, IMS.
8.                   Pola Pemenuhan kebutuhan sehari hari
a.       Nutrisi
Makan                                                                         Minum
            Frekuensi  :      3X/hari                                                8X/hari
            Macam     :      nasi,sayur,lauk,nuah buahan               air putih,susu,jus
            Jumlah      :      1 porsi                                                 1 gelas
            Keluhan    :      tidak ada keluhan                                tidak ada keluhan
b.      Eliminasi
BAB                                                           BAK                          
            Frekuensi         :           1X/hari                        8X/hari
            Konsistensi      :           Lembek                       cair
            Bau                  :           Khas                            Khas
            Warna              :           Khas                            Khas
            Keluhan           :           Tidak ada keluhan       Tidak ada keluhan
c.       Pola istirahat : tidur siang : 1 jam  tidur malam : 7jam
d.      Aktifitas        : ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah
10.        Kebiasaan yang merugikan
Ibu mengatakan tidak merokok, tidak minum minuman keras dan tidak minum jamu
11.     Psikososial spiritual
a.       Ibu mengatakan kehamilan ini diinginkan
b.      Suami dan keluarga mendukung kehamilan ini
c.       Sudah disiapkan kebutuhan persalinan
d.      Ibu sholat 5 waktu
e.       Hubungan ibu dengan tetangga baik
B.       OBJEKTIF
1.         Pemeriksaan Umum
a.       Keadaan umum    : baik
b.      Kesadaran                        : composmentis
c.       Tanda vital
Tekanan darah      : 120/80 mmHg
Nadi                     : 80 x/m
Pernafasan            : 24 x/m
Suhu tubuh           : 36,5ºC
d.      Antropometri
BB            : 60 kg
Tinggi badan        : 155 cm
2.  Pemeriksaan Fisik
a.     Kepala      : Kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak rontok
b.    Mata         : sklera putih, konjungtiva merah muda
c.     Hidung     : bersih, tidak ada polip
d     Telinga     : bersih, pedengaran baik
e.     Mulut       : bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi
f      Leher        : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid, vena jugularis
g.    Payudara  : simetris, areola hiperpigmentasi, puting menonjol, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, kolostrum sudah keluar.
h.    Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
Leopold 1        : TFU : 32 cm bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold 2        : bagian kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas), bagian kiri perut ibu teraba keras, datar, memanjang (punggung kiri)
Leopold 3        : bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras (kepala)
Leopold 4        : bagian terendah janin sudah masuk panggul (divergen)
DJJ      : 130x/menit
TBJ      : (32-11)x155 = 3255 gr
HIS     : 2x/10 menit, lama 30 detik (lemah)
i.        Genitalia     : tidak odema, tidak varises
PD  : Tgl : 9-3-2015                       Jam :10.05 WIB
v/u tenang, dinding vagina licin, portio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban +, air ketuban +, kepala turun di hodge 2, STLD +.
j.        Anus           : tidak ada hemoroid
k.      Ekstremitas atas dan bawah           : tidak odema, tidak varises, gerak aktif
C.     ANALISA
Ny.Y umur 35 tahun  G2 P1 AO AH1 UK 40 minggu dalam persalinan kala 1 fase laten.
D.    PENATALAKSANAAN
1.      Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dalam persalinan pembukaan 3 cm, keadaan ibu dan janin baik.
 Evaluasi : Ibu mengerti
2.      Mengajarkan tekhnik relaksasi yaitu dengan menarik napas panjang dari hidung dan mengeluarkan dari mulut saat ada his.
Evaluasi : ibu bersedia melakukannya
3.         Menganjurkan ibu untuk tidak engejan terlebih dahulu sebelum pembukaan lengkap karena dapat menyebabkan jalan lahir bengkak.
Evaluasi : ibu mengerti
4.         Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat istirahat supaya tenaganya kuat saat mengejan.
Evaluasi : ibu akan melakukannya
5.         Menganjurkan ibu untuk tiduran miring ke kiri supaya suplai oksigen ke janin bagus.
Evaluasi : ibu mengerti dan melakukannya
6.         Menganjurkan ibu untuk selalu berdoa supaya persalinannya lancar.
Evaluasi : ibu melakukannya
7.         Melakukan observasi ttv, his, DJJ setiap 1 jam dan pembukaan setiap 4 jam.
Evaluasi : telah dilakukan
Evaluasi Kala II
Jam 20.05 WIB
Kala II
S      : Ibu mengatakan ingin mengejan dan rasa seperti ingin buang air besar.
O      : KU : baik                     Kesadaran : composmntis
His       : 4x/10 menit  42 detik (kuat)
DJJ      : 132x/menit
PD       : v/u tenang, dinding vagina licin, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, selaput ketuban +, air ketuban +, STLD +.
A      : Ny.Y umur 35 tahun G2 P1 A0 AH1 dalam persalinan Kala II.


P      :
1.      Mengamati tanda dan gejala kala II (Doran, teknus, perjol, vulka)
Evaluasi : terdapat tanda-tanda kala II (Doran, teknus, perjol, vulka)
2.      Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap dan memposisikan ibu litotomi dan nyaman.
Evaluasi : ibu mengerti dan sudah diposisikan
3.      Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan siap digunakan, mematahkan eksitosin 10 U dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set.
Evaluasi : alat sudah siap digunakan
4.      Mengenakan APD dan mencuci tangan
Evaluasi : sudah dilakukan
5.      Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran.
a.       Bimbing Ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
b.      Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
c.       Bantu Ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
d.      Anjurkan Ibu beristirahat diantara kontraksi
e.       Berikan cukup asupan cairan peroral
f.       Menilai DJJ setiap kontaksi uterus selesai
6.       Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut Ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
7.      Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong.
8.      Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan Ibu meneran perlahan. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat, segera melanjutkan proses kelahiran bayi. Menunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan.
9.      Setelah kepala mengalami putar paksi luar, memegang secara biparetal. Menganjurkan Ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut menggerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
10.  Setelah bahu lahir, menggeser tangan bawah kearah perinium Ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah, menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
11.  Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki.
12.  Melakukan penilaian (selintas)
13.  Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks, mengganti handuk basah dengan handuk/kain kering, mengklem tali pusat, memotong dan mengikat tali pusat, meletakkan bayi diatas perut Ibu untuk IMD.
14.  Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
.     Evaluasi : Bayi lahir spontan jam 20.35 WIB, tidak ada lilitan tali pusat, perempuan, menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot baik.
Kala III             
                S      : Ibu mengatakan ia merasa lega karena bayinya lahir dengan lancar  dan selamat
                O     : KU : baik                      Kesadaran : composmentis
                            TFU setinggi pusat
                Kontraksi keras, ada semburan darah dari jalan lahir, tali pusat memanjang, uterus menjadi globuler.
A     : Ny. Y umur 35 tahun P2 A0 AH2 dalam persalinan kala III
P      :                 
1)      Memberitahu Ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
Evaluasi : ibu bersedia
2)      Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin 10 U Im di 1/3 paha atas distal lateral (melakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
Evaluasi : telah disuntikkan
3)      Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
Evaluasi : telah dilakukan
4)      Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut Ibu, ditepi atas simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
5)      Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kebelang-atas (darso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).
Evaluasi : telah dilakukan
6)      Melakukan penegangan dan dorongan darso-kranial hingga plasenta lepas, meminta Ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap melakukan tekanan darso-kranial). Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta dengan kedua tangan. Memegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian melahirkan dan menempatkan plaseta pada wadah yang telah disediakan, cek kelengkapa plasenta.
Evaluasi : plasenta lahir spontan jam 20.45 WIB lengkap.
7)      Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkonrtaksi.
Evaluasi : telah dilakukan
           Kala IV
S      : Ibu mengatakan perutnya terasa mules
O      : KU  : baik        Kesadaran : composmentis
            TD : 110/70 mmHg                 N : 83x/menit
            S : 36,70 C                               R : 23x/menit
Perdarahan + 50 cc ,kendung kemih kosong, TFU 1 jari bawah pusat.
A      : Ny. Y umur 35 tahun P2 A0 Ah2 dalam persalinan kala IV

P      : 
1)      Mengecek adanya laserasi jalan lahir.
Evaluasi : ada laserasi jalan lahir derajat 2 pada perinium dan mukosa vagina
2)       Melakukan penjahitan dengan anastesi lidocain.
Evaluasi : telah dilakukan
3)      Membersihkan ibu dan mengganti pakaiannya dengan yang bersih.
Evaluasi : telah dilakukan
4)      Mengajarkan ibu cara masase fundus jika kontraksi lembek.
Evaluasi : ibu dapat melakukannya
5)      Menganjurkan ibu ntuk makan dan minum supaya tenaga kembali pulih.
Evaluasi : ibu akan melakukannya
6)      Melakukan pemantauan KU, TTV, kendung kemih, kontraksi setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan 30 menit sekali pada 1 jam kedua pasca persalinan.
Evaluasi : telah dilakukan
7)      Melakukan pendokumentasian
Evaluasi : telah dilakukan





BAB IV
PEMBAHASAN
Secara umum asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal pada Ny. “Y”di BPM Eko Murniati sesuai dengan panduan Asuhan Persalinan Normal (APN) dalam teori. Tetapi, terdapat kesenjangan dengan yang telah dipaparkan dalam teori yaitu dilakukan anamnesa, pemeriksaan obyektif, penatalaksanaan asuhan persalinan kala I, kala II, kala III, kala IV dilakukan dengan asuhan sayang ibu yang terdapat 4 item yaitu dukungan bidan selama proses persalinan, tindakan bidan sebelum melakukan asuhan persalinan, penerapan asuhan sayang ibu terhadap praktik pencegahan infeksi dan asuhan sayang ibu yang diberikan setelah bayi baru lahir.
Berdasarkan hasil pengamatan asuhan kebidanan pada ibu selama proses persalinan oleh bidan di BPM Eko Murniati kurang menerapkan asuhan sayang ibu sehingga kurang mampu memberikan kepuasan pada pasien. Hal ini sesuai dengan jurnal Ayu Pramitasari (2010) yang berjudul “Penerapan Asuhan Sayang Ibu selama Proses Persalinan di Wilayah Puskesmas Gombong tahun 2010” asuhan ibu bersalin sebaiknya menerapkan asuhan sayang ibu dan di BPM Eko Murniati khususnya asuhan yang diberikan kepada Ny. “Y” kurang menerapkan asuhan sayang ibu.
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan merupakan serangkaian yang dilakukan bidan bekerjasama dengan penuh hormat dan kepedulian sesuai kebutuhan ibu serta menciptakan rasa saling percaya dalam rangka melaksanakan asuhan kebidanan. Penerapan asuhan sayang ibu pada setiap persalinan akan meningkatkan mutu pelayanan dalam kebidanan dan dapat memberikan kepuasan sendiri pada pasiennya.

















BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran buah kehamilan cukup bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan presentasi kepala dari rahim ibu melalui jalan lahir dengan tenaga ibu sendiri.
1.      Kala I persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur, addekuat dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap
2.      Kala II persalinan dimulai ketika perubahan serviks sudah lengkap dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga dikenal  dengan kala pengeluaran
3.      Kala II persalinan dimulai setelah lahirnya bayi  dan berakhrinya dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
4.      Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhirnya dua jam setelah itu.
B. Saran
1.   Utuk ibu hamil
Agar ibu menjaga kehamilannya, menjaga kesehatan diri, janinnya serta melaporkan dan memeriksa diri jika dicurigai terjadinya kelainan pada kehamilan.


2.   Untuk petugas kesehatan
Untuk meningkatkan taraf kesehatan khususnya kebidanan serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan tentang kesehatan khususnya kebidanan
3.   Untuk instansi pendidikan
Meningkatkan ilmu pengetahuan  dan wawasan perseta didik tentang kesehatan khususnya kebidanan
















DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Propinsi DIY. 2010.Profil Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009. Yogyakarta : Dinkes Provinsi DIY

Dwi, Ariani. 2008.Manajemen Asuhan Persalinan. Serang : PGM

Hani, U., Kusbandiyah, J., Marjati & Yulifah, R. 2010.Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta :Salemba Medika

Hawari, Dadang. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC

Kementrian Kesehatan RI. 2010.Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta : KemenKes RI

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Pramitasari, Ayu dkk. 2010. Penerapan Asuhan Sayang Ibu selama Proses Persalinan di Bidan Wilayah Puskesmas Gombong I dan Gombong II. Kebumen : KEBIDANAN STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

Rukiyah, Ai Yeyeh. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Trans Info Media

Saifuddin. 2006.Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Salemba Medika

Simkin, Penny. 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta : EGC

No comments:

Post a Comment