LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU BERSALIN NORMAL
NY. Y UMUR 35 TAHUN G2 P1 A0 Ah1 UK 40 MINGGU
DI BPM EKO
MURNIATI, KULONPROGO
Dosen
Pembimbing : Siti Arifah, S. ST
Disusun Oleh:
Desti Wulandari
201210105151
PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Angka kematian ibu menjadi salah satu indikator terpenting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan
jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan
gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus
insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan pada masa nifas (42 hari setelah
melahirkan). AKI juga dapat digunakan
dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi
status secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.
Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator
keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Angka kematian dan kesakitan ibu di
Indonesia masih merupakan masalah besar. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu
yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas. Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk periode 5 tahun
sebelum survey (2003-2007) berjumlah 228 per 100.000 kelahiran hidup
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Tahun 2008 angka kematian ibu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
berada pada angka 104 per 100.000 menurun dari 114 per 100.000 pada tahun 2004.
Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan kabupaten / kota pada tahun 2008
adalah 41 ibu dan pada tahun 2009 mencapai 48 ibu. Meskipun angka kematian ibu
terlihat kecenderungan penurunan, namun jika diamati tingkat laju penurunan
selama periode 5 tahun terakhir terlihat melandai/kurang tajam (Dinkes Propinsi
D.I.Yogyakarta, 2010).
Untuk mengatasi hal ini maka
pemerintah bekerjasama dengan WHO meluncurkan strategi Safe Motherhood dengan fokus Making
Pregnancy Safer (MPS) yaitu peningkatan deteksi dan penanganan ibu hamil
resiko tinggi ibu hamil yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama dengan
masyarakat melalui program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) yang merupakan salah satu komponen pelaksanaan desa/kelurahan siaga (Kepmenkes,
2010).
Semua kelahiran harus dihadiri oleh petugas yang terlatih
serta kompeten dengan secara cepat mendiagnosa dan menangani penyulit. Ketika
memberikan asuhan, sangat penting diingat bahwa lebih besar kemungkinan orang
akan menggunakan pelayanan yang bermutu tinggi dan menghindari pelayanan yang bermutu
rendah. Salah satu untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu tinggi adalah menerapkan
asuhan sayang ibu dalam setiap proses persalinan(Pusdiknakes, 2008).
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan merupakan serangkaian
yang dilakukan oleh bidan bekerjasama dengan ibu dan keluarganya untuk memberikan
pelayanan dengan penuh hormat dan kepedulian sesuai kebutuhan ibu serta menciptakan
rasa saling percaya dalam rangka melaksanakan asuhan kebidanan (Pundiknakes,
2008). Asuhan sayang ibu meliputi kegiatan memberikan pelayanan kebidanan
menyeluruh dalam persalinan kala I, kala II, kala III,dan kala IV dengan memperhatikan
5 benang merah dalam asuhan persalinan, yaitu asuhan sayang ibu, pencegahan infeksi,
pengambil keputusan klinik, pencatatan atau dokumentasi, dan rujukan (Depkes,
2008).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa banyak ibu bersalin
yang masih tidak mau meminta pertolongan tenaga penolong terlatih untuk memberikan
asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Salah satu prinsip umum asuhan
sayang ibu yang harus diikuti bidan adalah menghargai hak-hak ibu dan
memberikan asuhan yang bermutu serta sopan. Usaha ini dilakukan
untuk membantu Depkes dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu. (Pusdiknakes, 2008).
B.
Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan Umum
Seluruh tenaga kesehatan khusunya para
bidan mampu menerapkan dan mensosialisasikan asuhan kebidanan ibu pada
persalinan normal yang optimal.
2. Tujuan
Khusus
a. Untuk
mengetahui asuhan sayang ibu yang diberikan pada ibu bersalin normal.
b. Untuk
mengetahui kesenjangan asuhan pada ibu bersalin normal menurut teori dan di
lahan praktik.
C.
Manfaat
1. Bagi
BPM Eko Murniati
Sebagai salah satu sumber
informasi/masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di BPM Eko Murniati tentang
asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin normal.
2. Bagi
Mahasiswa STIKES Aisyiyah Yogyakarta
Sebagai bahan gambaran bagaimana asuhan
pada ibu bersalin normal yang ada di lahan praktikan.
3. Bagi
Pembaca
Menjadi pengalaman berharga yang
dapat meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan tentang bagaimana asuhan pada
ibu bersalin normal yang optimal.
4. Bagi
Penulis
Merupakan sarana pengembangan ide dan
kreatifitas penulis dalam mengembangkan potensi diri dan profesi kebidanan.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
Pengertian
Persalinan
Persalinan dan kelahiran
merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan merupakan proses
pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui
jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai
akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur.
Mula-mula kekuatan yanng muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada
puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari
rahim ibu. Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala
dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan
bayi, umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan normal dianggap normal
jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)
tanpa disertai adanya penyulit (Simkin,2006).
B.
Proses
Terjadinya Persalinan
Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih
merupakan kumpulan teoritis yang kompleks teori yang turut memberikan andil
dalam proses terjadinya persalinan antara lain:
1. Teori kerenggangan: otot
rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas
tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dimulai.
2. Teori penurunan
progesteron: Progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitif sehingga menimbulkan
his atau kontraksi.
3. Teori oksitosin: Pada
akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah sehingga dapat mengakibatkan his.
4. Teori pengaruh
prostaglandin: Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
5. Teori plasenta menjadi
tua: dengan bertambahnya usia kehamilan, plasenta menjadi tua dan menyebabkan
villi corialis mengalami perubahan sehingga kadar esterogen dan progesteron
turun. Hal ini menimbulkan kekejangan pembuluh darah dan menyebabkan kontraksi
rahim.
6. Teori distensi rahim:
keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia
otot-otot uterus sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenter.
7. Teori berkurangnya
nutrisi: bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan (Asrinah, 2010).
Persalinan Kala I
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir
bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Kala I persalinan
dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan Kala I dibagi menjadi 2 fase
yaitu fase laten dan fase aktif, yaitu Fase Laten, dimana pembukaan serviks
berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam dan
Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi
dalam 3 sub fase :
a. Periode akselerasi:
berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b. Periode dilatasi
maksimal: berlangsung selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c. Periode deselerasi:
berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap (Simkin, 2006).
Persalinan Kala II
Gejala dan tanda kala
II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala janin melalui bukan
introitus vagina, ada rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada
rektum atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan springter ani
membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Dimulai dari pembukaan
lengkap (10 cm) sampai bayi baru lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam
pada primi, dan 1 jam pada multi. Pada kala pengeluaran janin telah turun masuk
ruang panggul sehingg terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengejan, karena tekanan pada rektum ibu merasa
seperti mau buang air besar dengan tanda anus membuka. Dengan adanya his ibu
dipimpin untuk mengedan, maka lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.
Komplikasi yang dapat timbul pada kala II yaitu: eklampsi, kegawatdaruratan
janin, tali pusat menumbung, penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu,
persalinan lama, ruptur uteri, distosia karena kelainan letak, infeksi intra
partum, inersia uteri, tanda-tanda lilitan tali pusat (Rukiyah, 2009).
C.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Persalinan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan adalah
diantaranya sebagai berikut:
1. Faktor Power
Power adalah tenaga atau
kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi
otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama
yang baik dan sempurna dan tenaga mengejan.
2. Faktor Passager, yaitu
faktor janin yang meliputi sikap janin, letak, presentasi, bagian terbawah, dan
posisi janin.
3. Faktor Passage (jalan
lahir), dibagi menjadi : tulang-tulang panggul (rangka panggul), otot-otot,
jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.
4. Faktor psikologi ibu. Keadaan
psikologi ibu memengaruhi proses persalinan. Dukungan mental berdampak positif
bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh pada kelancaran proses persalinan.
5. Faktor penolong. Dengan
pengetahuan dan kompetensi yang baik yang dimiliki penolong, diharapkan
kesalahan atau malpraktik dalam memberikan asuhan tidak terjadi sehingga
memperlancar proses persalinan. (Asrinah, 2010).
D. Tahapan Persalinan
1.
Persalinan kala I (fase pematangan dan pembukaan)
a.
Definisi
Inpartu di
tandai dengan keluarnya lendir darah, karena serviks mulai membuka (dilatasi)
dan mendatar (effacement) kala dimulai dari pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap (10cm) lamanya kala I untuk primigravida berlangsung ± 12 jam,
sedangkan pada multigravida berlangsung ± 8 jam. Berdasarkan kurva friedman
pembukaan primi 1 cm/jam, sedangkan pada multi 2cm/jam
Kala
pembukaan dibagi dua fase :
1) Pembukaan laten : pembukaan serviks, sampai
ukuran 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam
2) Fase aktif : berlangsung ± 6 jam, di bagi
atas 3 sub fase yaitu :
a)
Periode
akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
b)
Periode
dilatasi maksimal selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
c)
Periode
deselerasi berlangsung lambat, selama 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau
lengkap.
b. Asuhan pada kala I
1) Menghadirkan orang yang di
anggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga pasien atau teman dekat
Dukungan
yang dapat diberikan :
a)
Mengusap keringat
b)
Menemani atau membimbing jalan-jalan (mobilisasi)
c)
Memberikan minum
d)
Merubah posisi dan sebagainya
e) Memijat
atau menggosok punggung
2) Mengatur
aktivitas dan posisi ibu
a)
Ibu
diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya
b)
Posisi
sesuai dengan keinginan ibu, namun bila ibu ingin di tempat tidur sebaiknya
tidak dianjurkan tidur dalam posisi terlentang lurus
3)
Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his
Ibu di
minta menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar, kemudian dilepaskan dengan
cara meniup sewaktu ada his
4)
Menjaga privasi ibu
Penolong
tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain tanpa sepengetahuan
dan seizin pasien atau ibu
5)
Penjelasan tentang kemajuan persalinan
Menjelaskan
kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi dalam tubuh ibu, serat prosedur
yang akan dilaksanakan dan hasil – hasil pemeriksa
6)
Menjaga kebersihan diri
Membolehkan
ibu mandi untuk mandi, menganjurkan ibu emmbasuh sekitar kemaluannya sesuai
buang air kecil atau besar
7)
Mengatasi rasa panas
Ibu
bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, dapat di atasi dengan cara
:
a)Gunakan kipas angin atau AC dalam
kamar
b)
Menggunakan
kipas biasa
c)Menganjurkan ibu untuk mandi
8)
Massase
Jika ibu
suka, lakukan pijatan atau massase pada punggung atau mengusap perut dengan
lembut
9)
Pemberian cukup minum
Untuk
memenuhi kebutuhan energi dan mencegah rehidrasi
10) Mempertahankan kandung
kemih tetap kosong
Sarankan
ibu untuk berkemih sesering mungkin
11) Sentuhan
Disesuaikan
dengan keinginan ibu, memberikan sentuhan pada salah satu bagian tubuh yang
bertujuan untuk mengurangi rasa kesendirian ibu selama proses persalinan
2.
Persalinan kala II (kala pengeluaran janin)
a.
Definisi
Kala II
dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Kala II juga disbeut kala pengeluaran bayi (APN 2008)
Gejala dan
tanda kala II persalinan :
1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan
dengan terjadinya kontraksi
2) Ibu merasakan adanya peningkatan
tekanan pada rektum/pada vaginanya
3) Perineum menonjol
4) Vulva-vagina dan sfingter ani
membuka
5) Meningkatnya pengeluaran lendir
bercampur darah (APN 2008)
Pada kala
ini his terkoordinir, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali kepala
janin telah masuk keruangan panggul sehingga terjadi tekanan pada otot dasar
panggul yang menimbulkan rasa ingin mengedan, karena tekanan pada rectum, ibu
ingin seperti mau buang air besar, dengan tanda anus membuka. Pada saat his,
kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, perineum meregang. Dengan kekuatan
his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala, membuka
pintu, dahi, hidung, mulut dan muka dan seluruhnya, diikuti oleh putaran paksi
luar yaitu penyesuaian kepala dengan punggung. Setelah itu sisa air ketuban.
Lamanya kala II untuk primigravida 60 menit dan multigravida 30 menit.
b.
Asuhan pada kala II
1)
Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
Kehadiran
seseorang untuk :
a)
Mendampingi ibu agar merasa nyaman
b) Menawarkan
minum, mengipasi dan memijat ibu.
2)
Menjaga kebersihan diri
a) Ibu tetap dijaga
kebersihannya agar terhindar infeksi
b) Bila ada darah lendir
atau cairan ketuban segera dibersihkan
3) Mengipasi dan massase
Menambah kenyamanan pada ibu
4)
Memberikan dukungan mental
Untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu dengan cara :
a) Menjaga
privasi ibu
b) Penjelasan
tentang proses dan kemajuan persalinan
c) Penjelasan
tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu
5)
Mengatur posisi ibu
Dalam
memimpin mengedan dapat dipilih posisi berikut :
a)
Jongkok
b)
Menungging
c) Tidur
miring
d)
Setengah duduk
Posisi
tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya
trauma vagina dan perineum dan infeksi
6)
Menjaga kandung kemih tetap kosong
Ibu
dianjurkan untuk berkemih sesering mungkin. Kandung kemih yang penuh dapat
menghalangi turunnya kepala kedalam rongga panggul
7)
Memberikan cukup minum
Memberi
tenaga dan mencegah dehidrasi
8)
Memimpin meneran
Ibu
dipimpin mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk mengambil nafas.
Mengedan tanpa diselingi bernafas, kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri
umbilicus yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal
9)
Bernafas selama persalinan
Minta ibu
untuk bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar
perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan
10)
Pemantauan denyut jantung janin
Periksa
DJJ setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi
(<120) selama mengedan yang lama, akan terjadi pengurangan aliran darah dan
oksigen ke janin
11)
Melahirkan bayi
a)
Menolong kelahiran kepala
(1) Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar
defleksi tidak terlalu cepat
(2) Menahan perineum dengan satu tangan
lainnya bila diperlukan
(3) Mengusap kepala bayi untuk membersihkan
dari kotoran/lendir
b)
Periksa tali pusat
Bila lilitan tali pusat terlalu
ketat, di klem pada dua tempat kemudian di gunting diantara kedua klem tersebut
sambil melindungi leher bayi.
c)
Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya :
(1) Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala
dan leher bayi
(2) Lakukan tarikan lembut kebawah untuk melahirkan
bahu depan
(3) Lakukan tarikan lembut keatas untuk
melahirkan bahu belakang
(4) Selipkan satu tangan ke bahu dan lengan
bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya
ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
(5) Pegang erat bayi agar jangan sampai
jatuh
12)
Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh
Setelah
bayi lahir segera keringkan dan selimuti dengan menggunakan handuk atau
sejenisnya, letakkan pada perut ibu dan berikan bayi untuk menyusui
13)
Merangsang bayi
a) Biasanya
dengan melakukan pengeringan cukup memberikan rangsangan pada bayi.
b) Dilakukan
dengan cara mengusap-usap pada bagian punggung atau menepuk telapak kaki bayi.
3.
Persalinan kala III (kala uri/plasenta)
a. Definisi
Kala III
adalah waktu dari keluarnya bayi hingga pelepasan dan pengeluaran uri
(plasenta) yang bgerlangsung tidak lebih dari 30 menit (JNPK-KR 2008)
1)
Tanda-tanda pelepasan plasenta
a) Semburan
darah
Semburan
darah ini disebabkan karena penyumbatan retroplasenter pecah saat plasenta
lepas
b) Pemanjangan tali pusat
Hal ini
disebabkan karena plasenta turun ke segmen uterus yang lebih bawah atau rongga
vagina
c) Perubahan bentuk uterus dari diskoid
menjadi globular (bulat)
Perubahan
bentuk ini disebabkan oleh kontraksi uterus
d) Perubahan dalam posisi uterus yaitu
uterus naik ke dalam abdomen
Hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa sesaat setelah plasenta lepas TFU akan naik, hal
ini disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta ke segmen uterus yang lebih
bawah
b.
Asuhan pada kala III
1)
Pemberian suntik oksitosin
a)
Letakkan bayi baru lahir di atas kain bersih yang telah disiapkan diperut bawah
ibu dan minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang bayi tersebut
b)
Pastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus
c)
Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik
d) Segera
(dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 unit IM pada
1/3 bagian atas paha bagian luar
e)
Dengan mengerjakan semua prosedur tersebut terlebih dahulu maka akan memberi
cukup waktu pada bayi untuk memperoleh sejumlah darah kaya zat besi dan setelah
itu (setelah dua menit) baru dilakukan tindkaan penjepitan dan pemotongan tali
pusat
f)
Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk inisiasi menyusui dini
dan kontak kulit dengan ibu
g)
Tutup kembali perut bawah ibu dengan kain bersih
Alasan
kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang sudah memakai
sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh darah pada perut ibu.
2)
Penegangan tali pusat terkendali
a)
Berdiri di samping ibu
b)
Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat pada saat kala II) pada tali
pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
c)
Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas
simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan
uterus pada saat melakukan penegangan tali pusat. Setelah terjadi kontraksi
yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada
dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial).
Lakukan secara hati -hati untuk mencegah inversio uteri
d) Bila
plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekita 2-3
menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali
e)
Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan
tali pusat ke arah bawah, lakukan dorso-kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas
dan dapat dilahirkan
f)
Tetapi jika langkah 5 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta
tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada
tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan lanjutkan penegangan
tali pusat. (pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai
kontraksi berikutnya. Jika perlu pindahkan klem lebih dekat dengan perineum
pada saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan
plasenta. Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat
terkendali dan tekanan dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti
langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas
dari dinding uterus).
g)
Setelah plasenta lepas, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong
keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar
lantai (mengikuti poros jalan lahir).
h)
Pada saat plasenta terlihat pada intoritus vagina, lahirkan plasenta dengan
mengangkat tali pusat ke atas dan menopang tali pusat ke atas dan menopang
plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah penampung. Karena
selpaut ketuban mudah robek, pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara
lembut putar plasenta hingga selaput ketubah terpilin menjadi satu.
i)
Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput
ketuban
j)
Jika selaput robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan plasenta,
dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari
tangan atauklem DTT atau forsep untuk keluarkan selaput ketuban yang teraba
3)
Rangsangan taktil (massase) fundus uteri
Segera setelah plasenta lahir,
lakukan massase fundus uterus :
a)
Letakkan telapak tangan pada fundus uterus
b)
Menjelaskan tindakan kepada ibu, bahwa ibu mungkin merasa agar tidak nyaman
karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dan
perlahan serta rileks
c)
Dengan lembut tapi mantap gerakan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri
supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15
detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri
d) Periksa
plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh (periksa
plasenta sisi maternal yang melekat pada dinding uterus untuk memastikan bahwa
semuanya lengkap dan utuh, tidak ada bagian yang hilang. Pasangkan bagian-bagian
plasenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak adanya kemungkinan
lobus tambahan. Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya
e)
Periksa kembali uterus setelah 1-2 menit untuk memastikan uterus berkontraksi.
Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi massase fundus uetri. Ajarkan
ibu dan keluarga cara melakukan massase fundus uterus sehingga mampu untuk
segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi dengan baik
f)
Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan
dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua psaca persalinan.
4.
Persalinan kala IV
a.
Definisi
Kala IV
adalah kala pengawasan dari 1- 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk
memantau kondisi ibu. Harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap
30 menit pada jam kedua.
b.
Asuhan pada kala IV
1)
Lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi
baik dan kuat.
2)
Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan
pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uterus setinggi atau beberapa jari di
bawah pusat.
3)
Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan.
4)
Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi)
perineum.
5)
Evaluasi keadaan umum ibu.
Pantau
keadaan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap
15 menut selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala
empat.
6)
Dokumentasi semua asuhan selama persalinan kala IV di bagian belakang partograf,
segera setelah asuhan dan persalinan dilakukan (APN. 2008).
F.
PARTOGRAF
Partograf adalah alat bantu
yang digunakan selama fase aktif persalinan.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1.
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
2.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian,
juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus
lama (Depkes RI, 2007).
Jika
digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong
persalinan untuk:
1.
Mencatat kemajuan persalinan.
2.
Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
3.
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
4.
Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya
penyulit.
5.
Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan
tepat waktu
Penggunaan
Partograf
1.
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting
asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya
penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang
disertai dengan penyulit.
2.
Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll).
3.
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu
selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen
dan mahasiswa kedokteran).
4.
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka
(Prawirohardjo, 2002).
Kondisi
ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
1. Denyut
jantung janin setiap 1/2 jam
2. Frekuensi
dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam
3. Nadi
setiap 1/2 jam
4. Pembukaan
serviks setiap 4 jam
5. Penurunan kepala setiap 4 jam
6. Tekanan
darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
7. Produksi
urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam
Pencatatan
selama fase aktif persalinan
Halaman
depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan
dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama
fase aktif persalinan, termasuk:
1.
Informasi tentang ibu:
a.
Nama,
umur.
b.
Gravida,
para, abortus (keguguran).
c.
Nomor
catatan medis/nomor puskesmas.
d.
Tanggal
dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong
persalinan mulai merawat ibu).
e.
Waktu
pecahnya selaput ketuban.
2.
Kondisi
janin:
a.
DJJ
b.Warna dan adanya air ketuban
c.
Penyusupan
(molase) kepala janin
3. Kemajuan
persalinan:
a.
Pembukaan
serviks
b.
Penurunan
bagian terbawah janin atau presentasi janin
c.
Garis
waspada dan garis bertindak
4. Jam
dan waktu:
a.
Waktu
mulainya fase aktif persalinan
b.Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
5. Kontraksi
uterus:
Frekuensi
dan lamanya
6. Obat-obatan
dan cairan yang diberikan:
a.
Oksitosin
b.Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
7.
Kondisi ibu:
a.
Nadi,
tekanan darah dan temperatur tubuh
b.Urin (volume, aseton atau protein)
8.
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang
tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
Mencatat
temuan Partograf
1.
Informasi tentang ibu
Lengkapi
bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan.
Waktu kedatangan (tertulis sebagai: "jam" pada partograf) dan
perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu
terjadinya pecah ketuban.
2.
Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom, lajur dan skala angka pada partograf
adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan
(kepala janin).
a. Denyut jantung janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan
fisik, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering
jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan
waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat
DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan
garis tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka
180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di
atas 160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ
melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang
yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
b. Warna
dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap
kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput
ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ.
Gunakan lambang-lambang berikut ini:
1)
U :
Ketuban utuh (belum pecah)
2)
J :
Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
3)
M:Ketuban
sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
4)
D :
Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
5)
K :
Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban ("kering")
Mekonium
dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat
mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin
selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung
janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu
ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
c. Molase (penyusupan kepala
janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang
saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi
tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika
tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.
Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali untuk tetap
memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan
awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke
fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin.
Catat temuan di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang-lambang berikut ini:
0 : tulang-tulang kepala
janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
3.
Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya
dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri.
Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu
dengan kotak yang lain pada lajur diatasnya, menunjukkan penambahan dilatasi
sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin.
Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit.
a.
Pembukaan serviks
Dengan
menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini,
nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada
tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda "X" harus
ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama
kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda
"X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b.
Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan fisik di
bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih
sering jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah
atau presentasi janin. Pada persalinan normal,
kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presentasi janin
baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
Kata-kata
"Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi
pembukaan serviks yang sama
dengan angka " pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala
bisa dipalpasi 4/5,Berikan tanda " " di nomor tuliskan tanda " " dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
4. Hubungkan tanda " terputus.
Garis
waspada dan garis bertindak.
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4
cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika
laju pembukaan 1 cm per jam.
Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per
jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang
memanjang, macet, dll.).
Pertimbangkan
pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke
fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani
penyulit dan kegawat daruratan obstetri.
Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8
kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah
kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus
dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
4. Jam dan waktu
a..Waktu mulainya fase aktif
persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks
dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak
menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b..Waktu aktual saat
pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase
aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan.
Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya
atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di
garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak
waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu
mengalami pem¬bukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di
garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling
kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga
dari kiri).
5). Kontraksi uterus
(a)
Di bawah
lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi
per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan
satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit
dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
(b) Nyatakan lamanya kontraksi dengan:
(c) Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya kurang dari 20 detik.
(d) Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya 20-40 detik.
(e)
Isi penuh
kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
6). Obat-obatan yang
diberikan
Di bawah
lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat
oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV
a).
Oksitosin.
Jika
tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah
unit oksi¬tosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan
per menit.
b).
Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat
semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai
dengan kolom waktunya.
7). Kesehatan dan kenyamanan
ibu
·
Bagian terakhir pada lembar depan partograf
berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.
a. Nadi,
tekanan darah dan temperatur tubuh
· Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu.
1. Nilai dan
catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering jika
dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yangsesuai)
2.
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada
partograf pada kolom waktu yang sesuai.
3. Nilai
dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap
adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang
sesuai.
b. Volume urin, protein atau
aseton
·
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya
setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu
berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.
8). Asuhan, pengamatan dan
keputusan klinik lainnya
·
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan
keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah
tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat
catatan persalinan.
·
Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik
mencakup:
1. Jumlah cairan per oral yang diberikan.
2. Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur.
3. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter
umum).
4. Persiapan sebelum melakukan rujukan.
5. Upaya Rujukan.
Pencatatan
pada lembar belakang Partograf
·
Halaman belakang partograf merupakan bagian
untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran,
serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV
(termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai
dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama
persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah
terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
Dokumentasi
ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan
kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan
persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan
untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan
persalinan yang dan bersih aman.
Catatan
persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
1.
Data dasar
2.
Kala I
3.
Kala II
4.
Kala III
5.
Bayi baru lahir
6.
Kala IV
Cara
pengisian:
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi
pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah
seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan
pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan menurut
unsur-unsurnya sebagai berikut.
1). Data
dasar
·
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan,
tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat
rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat
yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping
jawaban yang sesuai.
2). Kala I
·
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi,
penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.
3). Kala
II
·
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping
persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan
hasilnya.
4). Kala
III
·
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian
oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir
lengkap, plasenta tidak lahir >30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah
perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada
tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang
sesuai.
5). Bayi
baru lahir
·
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari
berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian
ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada
tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang
sesuai.
6). Kala
IV
· Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus,
kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini
sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi
perdarahan pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15
menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu
jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab
pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes
RI, 2007).
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
IBU BERSALIN NORMAL
PADA NY.Y UMUR
35 TAHUN G2 P1 A0 AH1 UK 40 MINGGU
DI BPM EKO
MURNIATI, KULONPROGO
Tanggal masuk : 9-3-2015
Tanggal pengkajian : 9-3-2015/ 10.00 WIB
Ruang :
kamar bersalin
Oleh : Desti Wulandari
A. SUBYEKTIF
Identitas Istri Suami
Nama ibu :
Ny. Y Tn. W
Umur :
35 Tahun 38 Tahun
Suku/bangsa :Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Agama :
Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan :IRT Wiraswasta
Alamat :
Sigran, Galur Sigran,
Galur
1.
Keluhan : Ibu mengatakan kenceng kenceng
teratur sejak tadi malam jam 19.00, belum keluar lendir darah dari jalan lahir.
2.
Riwayat Menstruasi :
Menarche :12 tahun
Lama : 6 hari
Siklus :28 hari
HPHT : 2-6-2014
HPL : 9-3-2015
3.
Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan menikah
1 kali,lama pernikahan 1 tahun
4.
Riwayat Obstetri
G2 P1 A0 AH1
5.
Riwayat kehamilan,persalinan,nifas yang
lalu
Hamil ke
|
UK
|
Tgl lahir
|
J. Persalinan
|
Penolong
|
Tempat
|
JK
|
BB
|
PB
|
Nifas
|
ASI
|
1
|
Aterm
|
2014
|
Spontan
|
Bidan
|
BPM
|
L
|
3kg
|
48
|
Normal
|
Ya
|
Hamil ini
|
40
|
6.
Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan
belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
7.
Riwayat Kesehatan
Ibu
mengatakan ibu, suami, keluarga tidak sedang atau pernah menderita penyakit
menular, menurun, menahun seperti hipertensi, hepatitis, jantung, DM, TBC,
Asma, IMS.
8.
Pola Pemenuhan kebutuhan sehari hari
a. Nutrisi
Makan Minum
Frekuensi : 3X/hari 8X/hari
Macam : nasi,sayur,lauk,nuah
buahan air putih,susu,jus
Jumlah : 1
porsi 1
gelas
Keluhan : tidak
ada keluhan tidak
ada keluhan
b. Eliminasi
BAB BAK
Frekuensi : 1X/hari 8X/hari
Konsistensi : Lembek cair
Bau : Khas Khas
Warna : Khas Khas
Keluhan : Tidak
ada keluhan Tidak ada keluhan
c. Pola
istirahat : tidur siang : 1 jam tidur
malam : 7jam
d. Aktifitas :
ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah
10.
Kebiasaan yang merugikan
Ibu mengatakan tidak
merokok, tidak minum minuman keras dan tidak minum jamu
11. Psikososial
spiritual
a. Ibu
mengatakan kehamilan ini diinginkan
b. Suami
dan keluarga mendukung kehamilan ini
c. Sudah
disiapkan kebutuhan persalinan
d. Ibu
sholat 5 waktu
e. Hubungan
ibu dengan tetangga baik
B.
OBJEKTIF
1.
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan
umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda
vital
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi : 80 x/m
Pernafasan : 24 x/m
Suhu
tubuh : 36,5ºC
d. Antropometri
BB :
60 kg
Tinggi badan :
155 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak
rontok
b. Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda
c. Hidung : bersih, tidak ada polip
d Telinga : bersih, pedengaran baik
e. Mulut : bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada
karies gigi
f Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
kelenjar tiroid, vena jugularis
g. Payudara : simetris, areola hiperpigmentasi, puting
menonjol, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, kolostrum sudah
keluar.
h. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
Leopold 1 :
TFU : 32 cm bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold 2 :
bagian kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas), bagian
kiri perut ibu teraba keras, datar, memanjang (punggung kiri)
Leopold 3 :
bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras (kepala)
Leopold 4 :
bagian terendah janin sudah masuk panggul (divergen)
DJJ :
130x/menit
TBJ :
(32-11)x155 = 3255 gr
HIS : 2x/10
menit, lama 30 detik (lemah)
i.
Genitalia : tidak odema, tidak varises
PD :
Tgl : 9-3-2015 Jam
:10.05 WIB
v/u tenang, dinding vagina licin,
portio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban +, air ketuban +, kepala turun di hodge
2, STLD +.
j.
Anus :
tidak ada hemoroid
k. Ekstremitas
atas dan bawah : tidak odema,
tidak varises, gerak aktif
C.
ANALISA
Ny.Y umur 35 tahun
G2 P1 AO AH1 UK 40 minggu dalam persalinan kala 1 fase laten.
D.
PENATALAKSANAAN
1.
Memberitahukan
hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dalam persalinan pembukaan 3 cm, keadaan
ibu dan janin baik.
Evaluasi : Ibu mengerti
2.
Mengajarkan
tekhnik relaksasi yaitu dengan menarik napas panjang dari hidung dan
mengeluarkan dari mulut saat ada his.
Evaluasi : ibu bersedia melakukannya
3.
Menganjurkan
ibu untuk tidak engejan terlebih dahulu sebelum pembukaan lengkap karena dapat
menyebabkan jalan lahir bengkak.
Evaluasi : ibu mengerti
4.
Menganjurkan
ibu untuk makan dan minum saat istirahat supaya tenaganya kuat saat mengejan.
Evaluasi : ibu akan melakukannya
5.
Menganjurkan
ibu untuk tiduran miring ke kiri supaya suplai oksigen ke janin bagus.
Evaluasi : ibu mengerti dan melakukannya
6.
Menganjurkan
ibu untuk selalu berdoa supaya persalinannya lancar.
Evaluasi : ibu melakukannya
7.
Melakukan
observasi ttv, his, DJJ setiap 1 jam dan pembukaan setiap 4 jam.
Evaluasi : telah dilakukan
Evaluasi
Kala II
Jam
20.05 WIB
Kala
II
S
: Ibu mengatakan ingin mengejan dan rasa seperti ingin buang air besar.
O
: KU : baik Kesadaran
: composmntis
His
: 4x/10 menit 42 detik (kuat)
DJJ
: 132x/menit
PD : v/u tenang, dinding vagina licin, portio tidak teraba,
pembukaan 10 cm, selaput ketuban +, air ketuban +, STLD +.
A
: Ny.Y umur 35 tahun G2 P1 A0 AH1 dalam persalinan Kala II.
P
:
1.
Mengamati tanda dan gejala kala II (Doran, teknus,
perjol, vulka)
Evaluasi : terdapat
tanda-tanda kala II (Doran, teknus, perjol, vulka)
2.
Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa
pembukaan sudah lengkap dan memposisikan ibu litotomi dan nyaman.
Evaluasi
: ibu mengerti dan sudah diposisikan
3.
Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan
siap digunakan, mematahkan eksitosin 10 U dan menempatkan tabung suntik steril
sekali pakai didalam partus set.
Evaluasi : alat sudah siap digunakan
4.
Mengenakan APD dan mencuci tangan
Evaluasi : sudah dilakukan
5.
Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai
dorongan kuat untuk meneran.
a.
Bimbing Ibu agar dapat meneran secara benar
dan efektif
b.
Dukung dan beri semangat pada saat meneran
dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
c.
Bantu Ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya
d.
Anjurkan Ibu beristirahat diantara kontraksi
e.
Berikan cukup asupan cairan peroral
f.
Menilai DJJ setiap kontaksi uterus selesai
6.
Meletakkan handuk bersih (untuk
mengeringkan bayi) di perut Ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm
7.
Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3
bagian dibawah bokong.
8.
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter
5-6 cm membuka vulva maka lindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan Ibu meneran
perlahan. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat, segera melanjutkan
proses kelahiran bayi. Menunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar secara
spontan.
9.
Setelah kepala mengalami putar paksi luar,
memegang secara biparetal. Menganjurkan Ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut menggerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
10. Setelah
bahu lahir, menggeser tangan bawah kearah perinium Ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah, menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
11. Setelah
tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki.
12. Melakukan
penilaian (selintas)
13. Mengeringkan
tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks, mengganti handuk basah dengan handuk/kain
kering, mengklem tali pusat, memotong dan mengikat tali pusat, meletakkan bayi
diatas perut Ibu untuk IMD.
14. Memeriksa
kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
. Evaluasi : Bayi lahir spontan jam 20.35
WIB, tidak ada lilitan tali pusat, perempuan, menangis kuat, warna kulit
kemerahan, tonus otot baik.
Kala
III
S :
Ibu mengatakan ia merasa lega karena bayinya lahir dengan lancar dan
selamat
O : KU : baik Kesadaran : composmentis
TFU setinggi pusat
Kontraksi keras, ada semburan
darah dari jalan lahir, tali pusat memanjang, uterus menjadi globuler.
A
: Ny. Y umur 35 tahun P2 A0 AH2 dalam persalinan kala III
P
:
1)
Memberitahu Ibu bahwa akan disuntik oksitosin
agar uterus berkontraksi baik.
Evaluasi : ibu bersedia
2)
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan
oksitosin 10 U Im di 1/3 paha atas distal lateral (melakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
Evaluasi : telah
disuntikkan
3)
Memindahkan klem pada tali pusat hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva.
Evaluasi : telah dilakukan
4)
Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut
Ibu, ditepi atas simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat.
5)
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali
pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kebelang-atas
(darso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).
Evaluasi : telah dilakukan
6)
Melakukan penegangan dan dorongan
darso-kranial hingga plasenta lepas, meminta Ibu meneran sambil menarik tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros
jalan lahir (tetap melakukan tekanan darso-kranial). Saat plasenta muncul di
introitus vagina, melahirkan plasenta dengan kedua tangan. Memegang dan putar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian melahirkan dan menempatkan
plaseta pada wadah yang telah disediakan, cek kelengkapa plasenta.
Evaluasi : plasenta lahir
spontan jam 20.45 WIB lengkap.
7)
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban
lahir, melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkonrtaksi.
Evaluasi : telah dilakukan
Kala IV
S
: Ibu mengatakan perutnya terasa mules
O
: KU : baik Kesadaran :
composmentis
TD : 110/70 mmHg N : 83x/menit
S : 36,70 C R : 23x/menit
Perdarahan + 50
cc ,kendung kemih kosong, TFU 1 jari bawah pusat.
A
: Ny. Y umur 35 tahun P2 A0 Ah2 dalam persalinan kala IV
P
:
1)
Mengecek adanya laserasi jalan lahir.
Evaluasi
: ada laserasi jalan lahir derajat 2 pada perinium dan mukosa vagina
2)
Melakukan
penjahitan dengan anastesi lidocain.
Evaluasi
: telah dilakukan
3)
Membersihkan ibu dan mengganti pakaiannya
dengan yang bersih.
Evaluasi
: telah dilakukan
4)
Mengajarkan ibu cara masase fundus jika
kontraksi lembek.
Evaluasi
: ibu dapat melakukannya
5)
Menganjurkan ibu ntuk makan dan minum supaya
tenaga kembali pulih.
Evaluasi
: ibu akan melakukannya
6)
Melakukan pemantauan KU, TTV, kendung kemih,
kontraksi setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan 30 menit sekali
pada 1 jam kedua pasca persalinan.
Evaluasi
: telah dilakukan
7)
Melakukan pendokumentasian
Evaluasi
: telah dilakukan
BAB
IV
PEMBAHASAN
Secara umum asuhan
kebidanan pada ibu bersalin normal pada Ny. “Y”di BPM Eko Murniati sesuai
dengan panduan Asuhan Persalinan Normal (APN) dalam teori. Tetapi, terdapat
kesenjangan dengan yang telah dipaparkan dalam teori yaitu dilakukan anamnesa,
pemeriksaan obyektif, penatalaksanaan asuhan persalinan kala I, kala II, kala
III, kala IV dilakukan dengan asuhan sayang ibu yang terdapat 4 item yaitu
dukungan bidan selama proses persalinan, tindakan bidan sebelum melakukan
asuhan persalinan, penerapan asuhan sayang ibu terhadap praktik pencegahan
infeksi dan asuhan sayang ibu yang diberikan setelah bayi baru lahir.
Berdasarkan hasil
pengamatan asuhan kebidanan pada ibu selama proses persalinan oleh bidan di BPM
Eko Murniati kurang menerapkan asuhan sayang ibu sehingga kurang mampu
memberikan kepuasan pada pasien. Hal ini sesuai dengan jurnal Ayu Pramitasari
(2010) yang berjudul “Penerapan Asuhan Sayang Ibu selama Proses Persalinan di
Wilayah Puskesmas Gombong tahun 2010” asuhan ibu bersalin sebaiknya menerapkan
asuhan sayang ibu dan di BPM Eko Murniati khususnya asuhan yang diberikan
kepada Ny. “Y” kurang menerapkan asuhan sayang ibu.
Asuhan
sayang ibu dalam proses persalinan merupakan serangkaian yang dilakukan bidan
bekerjasama dengan penuh hormat dan kepedulian sesuai kebutuhan ibu serta
menciptakan rasa saling percaya dalam rangka melaksanakan asuhan kebidanan.
Penerapan asuhan sayang ibu pada setiap persalinan akan meningkatkan mutu
pelayanan dalam kebidanan dan dapat memberikan kepuasan sendiri pada pasiennya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan normal adalah proses
pengeluaran buah kehamilan cukup bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta
dan selaput ketuban, dengan presentasi kepala dari rahim ibu melalui jalan
lahir dengan tenaga ibu sendiri.
1. Kala
I persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan adanya kontraksi
yang teratur, addekuat dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai
pembukaan lengkap
2. Kala
II persalinan dimulai ketika perubahan serviks sudah lengkap dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua juga dikenal
dengan kala pengeluaran
3. Kala
II persalinan dimulai setelah lahirnya bayi
dan berakhrinya dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
4. Kala
IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhirnya dua jam setelah
itu.
B.
Saran
1. Utuk ibu hamil
Agar ibu menjaga kehamilannya, menjaga kesehatan
diri, janinnya serta melaporkan dan memeriksa diri jika dicurigai terjadinya
kelainan pada kehamilan.
2. Untuk petugas kesehatan
Untuk meningkatkan taraf kesehatan
khususnya kebidanan serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan tentang
kesehatan khususnya kebidanan
3. Untuk instansi pendidikan
Meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan perseta didik tentang kesehatan
khususnya kebidanan
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Propinsi DIY. 2010.Profil Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2009. Yogyakarta : Dinkes Provinsi DIY
Dwi, Ariani. 2008.Manajemen Asuhan Persalinan. Serang : PGM
Hani, U., Kusbandiyah, J., Marjati &
Yulifah, R. 2010.Asuhan Kebidanan pada
Kehamilan Fisiologis. Jakarta :Salemba Medika
Hawari,
Dadang. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan.
Jakarta : EGC
Kementrian Kesehatan RI. 2010.Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta
: KemenKes RI
Manuaba.
2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta : EGC
Pramitasari, Ayu dkk. 2010. Penerapan Asuhan Sayang Ibu selama Proses
Persalinan di Bidan Wilayah Puskesmas Gombong I dan Gombong II. Kebumen :
KEBIDANAN STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Trans Info Media
Saifuddin. 2006.Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Salemba Medika
Simkin, Penny. 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta :
EGC
No comments:
Post a Comment